BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Josephine (2012), bisnis
adalah suatu usaha yang dikerjakan perseorangan ataupun berkelompok yang dalam
usaha tersebut mempertemukan pembeli dan penjual yang saling berinteraksi
secara langsung ataupun tidak. Bisnis dijalankan untuk mendapatkan suatu
keuntungan dan kadang-kadang dapat mengalami kerugian jika tidak dijalankan
dengan baik dan terencana.
Menurut Yanti (2013), industri tahu dan tempe
merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kecil.
Tempe dan Tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang. Akibat dari
banyaknya Industri tersebut, maka limbah hasil proses pengolahan banyak membawa
dampak terhadap lingkungan.
Bisnis di Industri tahu merupakan salah satu usaha yang
memiliki peluang besar. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan setiap hari, kita
tidak bisa lepas dari produk yang satu ini. Penjual Tahu akan sangat mudah
didapat terutama olahan jadinya seperti tahu isi yang sangat dikenal orang.
Berdasarkan data
dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara
mengenai Pengusaha tahu/tempe Kota Tomohon pada tahun 2013, diperoleh data
bahwa di Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara terdapat banyak pengusaha di bidang
industri Tahu. Data pada tabel 1. menyatakan
bahwa jumlah pengusaha tahu/tempe di Kota Tomohon untuk daerah Kecamatan Tomohon
Utara adalah daerah yang memiliki pengusaha Tahu/Tempe paling sedikit yaitu
satu tempat usaha yaitu Bapak Sutrisno. Di kecamatan
Tomohon Tengah jumlah pengusaha Tahu/Tempe berjumlah tiga tempat usaha yang terdiri atas Bapak Melky La`la`, Bapak Suman,
dan Bapak Nurhalim. Sedangkan, untuk kecamatan Tomohon Selatan adalah daerah yang memiliki
jumlah pengusaha Tahu/Tempe paling banyak yaitu tujuh pengusaha yang terdiri atas
Bapak Mitro Suwarno, Bapak Wiyono, Bapak Ngadimin, Bapak Sumarno, Bapak
Sumarno, Bapak Joko Purnomo, dan Bapak Sukarni. Hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel
1. Pengusaha Tahu/Tempe Kota Tomohon Tahun 2013
No.
|
Nama
Pemilik
|
Karyawan
|
Alamat
|
1.
|
Melky La`la`
|
6 orang
|
Kelurahan Kolongan Kecamatan Tomohon Tengah.
|
2.
|
Suman
|
2 orang
|
Kelurahan Paslaten I Kecamatan Tomohon Tengah.
|
3.
|
Nurhalim
|
2 orang
|
Kelurahan Talete II Kecamatan Tomohon Tengah.
|
4.
|
Mitro Suwarno
|
3 orang
|
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
|
5.
|
Wiyono
|
6 orang
|
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
|
6.
|
Ngadimin
|
3 orang
|
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
|
7.
|
Sumarno
|
2 orang
|
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
|
8.
|
Sumarno
|
2 orang
|
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
|
9.
|
Joko Purnomo
|
2 orang
|
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
|
10.
|
Sukarni
|
2 orang
|
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
|
11.
|
Sutrisno
|
2 orang
|
Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara.
|
Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota
Tomohon (2013)
Pabrik Tahu “Wiyono” merupakan suatu usaha rumahan
yang memproduksi tahu dengan lokasi usahanya berada di Kelurahan Walian
Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara. Wilayah pemasarannya
berada di sekitaran Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.
Penentuan harga pokok produksi oleh Bapak Wiyono
dilakukan dengan menggunakan metode full
costing. Selain
itu dalam penentuan biaya overhead pabrik
pada Pabrik Tahu “Wiyono”, biaya bahan penolong digolongkan kedalam biaya bahan
baku. Penentuan harga pokok produksi merupakan suatu kebutuhan untuk menjaga
persaingan antara harga pokok produksi Tahu Bapak Wiyono dengan unit usaha
lainnya, hal ini untuk menyeimbangkan selisih antara harga pokok produksi
dengan harga jual untuk memaksimalkan profit.
Penentuan harga pokok penjualan pada Pabrik Tahu “Wiyono”
juga selalu memperhitungkan setiap biaya yang digunakan dalam setiap pembuatan
Tahu, hal ini agar Pabrik Tahu “Wiyono” tidak mengalami kerugian dalam setiap
produksinya. Biaya-biaya yang dianggarkan selama kegiatan produksi selalu
diperhitungkan agar harga jual lebih besar dari biaya produksi. Hal inilah yang
memberikan keuntungan bagi Bapak Wiyono.
Menurut Jatmiko et al (2014), kesalahan dalam
penentuan harga akan berakibat fatal, jika harga yang ditentukan terlalu mahal
maka pelanggan akan membeli produk dari perusahaan lain, sedangkan jika harga
terlalu murah akan mengakibatkan kerugian. Untuk itu diperlukan sistem yang
dapat mengelola informasi yang sistematik dan komparatif serta data analisis
biaya dan laba yang menjadi pedoman manajemen untuk mengambil keputusan.
Keputusan yang diambil dapat berupa penentuan harga jual.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti
mengangkat penelitian tentang Penetapan Harga Pokok Penjualan Pabrik Tahu “Wiyono”
di Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi
Utara.
1.2
Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka
masalah yang dapat dirumuskan yaitu bagaimana penerapan sistem penetapan harga
pokok penjualan yang ada di Pabrik Tahu “Wiyono” ?
1.3 Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti bertujuan untuk:
1.
Mengetahui
penerapan sistem penentuan harga pokok produksi pada Pabrik Tahu “Wiyono”.
2.
Mengetahui penerapan
sistem penentuan harga jual pada Pabrik Tahu “Wiyono”.
3.
Mengetahui
untung-rugi usaha tahu pada Pabrik Tahu “Wiyono”.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.
Tidak terdapat
lagi kesalahan dalam penentuan biaya di Pabrik Tahu “Wiyono”.
2.
Memberikan data
tentang metode penetapan harga pokok penjualan di Pabrik Tahu “Wiyono”.
3.
Meminimalisir
kerugian akibat salah dalam penentuan harga di Pabrik Tahu “Wiyono”.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tahu
Menurut Rundjan (2014), Tahu adalah
kuliner tertua yang diperkenalkan orang Tionghoa di Nusantara. Orang-orang
Tionghoa datang ke Nusantara dengan membawa keterampilan kulinernya dan salah
satunya adalah Tahu. Tahu memiliki sejarah panjang di Tingkok yaitu 3000 tahun
lalu. Tahu hadir di Nusantara tidak dapat ditentukan meskipun teknologi
pembuatan Tahu secara cepat menyebar ke Jepang, Korea, dan Asia Tenggara. Kata Tahu berasal dari bahasa Tionghoa yaitu tao-hu atau teu-hu. Suku kata tao atau teu berarti hancur menjadi bubur.
Dengan demikian secara harafiah Tahu adalah makanan yang bahan bakunya kedelai
yang dihancurkan menjadi bubur.
Pada abad ke-19 orang-orang Jawa dilanda krisis gizi
yang luar biasa akibat penerapan sistem cultuurstelsel
(tanam paksa). Hasil bumi dikuras untuk kepentingan kolonial sampai akhirnya
kesulitan dalam mencari makan. Pada saat itulah Tahu muncul sebagai makanan
alternatif. Sampai sekarang, Tahu menjadi makanan penting bagi orang Indonesia.
Cara penyajian di tiap wilayah pun bervariasi namun masih menjadi pangan
populer dan dapat dinikmati kapan saja.
2.2
Harga
Menurut Kotler (2005), harga adalah salah satu unsur
bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur-unsur lainnya menghasilkan
biaya. Harga adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan;
ciri-ciri produk, saluran, dan promosi membutuhkan lebih banyak waktu.
Menurut Alma (2009), dalam konsep ekonomi teori,
pengertian, harga, nilai dan utility,
merupakan konsep yang saling berhubungan. Yang dimaksud dengan utility ialah suatu atribut yang melekat
pada suatu barang, yang memungkinkan barang tersebut, dapat memenuhi kebutuhan
(needs), keinginan (wants), dan memuaskan konsumen (satisfaction). Value adalah nilai suatu produk untuk ditukarkan dengan produk
lain. Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter yaitu pertukaran antar
barang. Namun saat ini sudah jarang lagi ditemukan kegiatan barter, tapi sudah
menggunakan uang sebagai ukuran yang disebut harga. Jadi, harga (price) adalah nilai suatu barang yang
dinyatakan dengan uang.
2.3
Harga Pokok Produksi
Menurut Dwiermayanti (2011), dalam akuntansi biaya,
perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan menjumlahkan seluruh unsur
biaya produksi. Harga pokok produksi per unit ditentukan dengan cara membagi
seluruh total biaya produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan
dengan volume produksi.
2.3.1 Full
Costing
Menurut Mulyadi (2008), full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik
baik yang variabel maupun tetap.
Menurut Witjaksono (2006), dalam penentuan harga
pokok dengan metode full costing
terdiri atas:
1.
Harga Pokok
Produk.
a. Bahan Baku.
b. Tenaga Kerja.
c. Overhead Pabrik Variabel.
d. Overhead Pabrik Tetap.
2.
Beban Periode.
a. Pemasaran.
b. Administratif dan Umum.
2.3.2 Variable
Costing
Menurut Witjaksono (2006), variable costing adalah suatu metode penentuan harga pokok yang
hanya menghitung biaya produksi variabel yang dibebankan kepada produk. Dalam
penentuan harga pokok dengan metode variable
costing terdiri atas:
1.
Harga Pokok
Produk.
a.
Bahan Baku.
b.
Tenaga Kerja.
c.
Overhead Pabrik
Variabel.
2.
Beban Periode.
a.
Overhead Pabrik
Tetap.
b.
Pemasaran.
c.
Administratif
dan Umum.
2.4
Harga Pokok Penjualan
Menurut Nana (2014), harga pokok penjualan adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga
perolehan dari barang yang dijual. Manfaat dari harga pokok penjualan yaitu:
1.
Sebagai patokan
untuk menentukan harga jual.
2.
Untuk mengetahui
laba yang diinginkan perusahaan. Apabila nilai dari harga jual perusahaan atau
usaha tertentu lebih besar dari harga pokok penjualan perusahaan tersebut maka
akan diperoleh laba dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga
pokok penjualan akan diperoleh kerugian.
2.5
Penetapan Harga Jual
Menurut Subekti (2012), harga jual adalah nilai
berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
penjual karena penyerahan barang kena pajak, tidak termasuk pajak pertambahan
nilai yang dipungut menurut undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN (Pajak
Pertambahan Nilai) dan PPNBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah) dan potongan
harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
Menurut Hasan (2013), metode yang digunakan dalam
penetapan harga jual ada tujuh yaitu:
1.
Metode Penetapan
Harga Mark-Up.
Metode mark-up merupakan jumlah rupiah yang
ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual. Metode
penetapan harga mark-up dipandang
paling sederhana dan paling banyak digunakan yaitu dengan menambahkan sejumlah
kenaikan (mark-up) pada biaya produk.
2.
Target Return.
Metode target return adalah kebijakan perusahaan yang
menetapkan besarnya target ROI tahunan berdasarkan rasio antara laba dengan
investasi total yang ditanamkan perusahaan pada fasilitas produksi dan aset
yang mendukung produk tertentu.
3.
Break Even Volume.
Metode break even volume adalah metode yang
digunakan untuk mengetahui tentang bagaimana satu-satuan produk itu dijual pada
harga tertentu untuk mengembalikan dana yang tertanam dalam produk tersebut.
4.
Perceived Value Pricing.
Metode perceived value pricing adalah metode
penetapan harga yang mendasarkan pada persepsi pelanggan.
5.
Going Rate Pricing.
Metode going rate pricing adalah harga yang
ditetapkan di pasar karena perusahaan mengalami kesukaran dalam mengukur biaya
dan reaksi dari pembeli dan saingan.
6.
Discriminative Pricing.
Diskriminasi harga
adalah kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang berbeda-beda untuk
satu jenis barang yang sama di segmen pasar yang berbeda.
7.
Customary Pricing.
Metode penetapan harga secara customary pricing adalah harga tetap
tidak berubah.
2.6
Biaya
Menurut Carter (2009) biaya merupakan suatu nilai
tukar, pengeluaran, atau pengorbanan. Biaya (cost) sering kali digunakan sebagai sinonim dari beban (expense). Tetapi beban (expense) dapat diartikan sebagai arus
keluar yang terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan
pendapat untuk menentukan laba. Beban dan biaya tidak dapat disamakan karena
setiap beban adalah biaya tetapi tidak setiap biaya adalah beban. Berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia beban adalah barang yang dibawa, muatan, sesuatu yang
berat, kewajiban, tanggung jawab.
Menurut Hasan (2013), biaya merupakan faktor dasar
dalam penentuan harga yang minimal, sebab tingkat harga yang tidak dapat
menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya, apabila tingkat harga
diatas semua biaya akan menghasilkan keuntungan.
Carter memberikan contoh, sebuah perusahaan membeli
bahan baku dengan tunai. Karena aset bersih tidak terpengaruh, maka tidak ada
beban yang diakui. Sumber daya perusahaan hanya diubah dari kas menjadi
persediaan bahan baku. Bahan baku tersebut dibeli dengan biaya tertentu, namun
belum menjadi beban. Ketika perusahaan menjual barang jadi yang berasal dari
bahan baku tersebut maka biaya bahan baku tersebut dibukukan sebagai beban di
laporan laba rugi.
Menurut Witjaksono (2006), biaya-biaya dalam
penentuan harga pokok dapat dirinci sebagai berikut:
1.
Bahan Baku.
Biaya bahan baku adalah
bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi.
2.
Tenaga Kerja.
Menurut Badan Statistik
Indonesia (2014), tenaga kerja (manpower)
adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang
potensial dapat memproduksi barang dan jasa.
3.
BOP Variabel.
BOP variabel adalah
biaya-biaya produk yang bersifat variabel selain biaya bahan langsung dan biaya
tenaga kerja.
4.
BOP Tetap.
BOP tetap adalah
biaya-biaya produk yang bersifat tetap selain biaya bahan langsung dan biaya
tenaga kerja.
5.
Pemasaran.
Beban pemasaran adalah
beban pada saat setelah barang jadi telah siap untuk di jual.
6.
Administrasi dan
Umum.
Beban administrasi dan
umum adalah beban yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi.
2.6.1 Klasifikasi
Biaya
Biaya dalam terminologi keuangan didefinisikan
sebagai pengorbanan sumber-sumber daya yang diadakan untuk mendapatkan
keuntungan atau mencapai tujuan di masa yang akan datang. (Nasution, 2006)
Secara umum terminologi biaya dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1.
Biaya Tetap (Fixed Cost).
Biaya tetap adalah biaya operasi suatu fasilitas
yang bersifat tetap. Contoh: Gaji karyawan.
2.
Biaya Variabel (Variable Cost).
Biaya variabel adalah biaya operasi suatu fasilitas
yang berubah secara linier sesuai dengan volume output operasi tersebut.
Contoh: Harga rica di pasar karombasan.
2.7
Laba
Menurut Firdaus (2009), laba adalah tujuan dari
setiap perusahaan. Oleh karena itu keberhasilan suatu perusahaan akan diukur
dengan laba yang diperoleh. Laba harus ada dengan alasan berikut:
1.
Laba sebagai
kompensasi (reward) karena seseorang
berani menanggung risiko. Besar kecilnya risiko akan menentukan besar kecilnya
laba yang diperoleh perusahaan.
2.
Laba adalah
kompensasi karena seseorang berhasil di dalam inovasi. Dikarenakan seseorang
berani berperan dalam inovasi maka baginya ada kemungkinan memperoleh
kompensasi.
3.
Laba adalah
kompensasi adanya perubahan di bidang perekonomian. Tanpa perubahan tidak ada
laba. Adanya perubahan di bidang ekonomi mengakibatkan perubahan permintaan
selera konsumen, mode, persaingan, dan sebagainya.
2.8
Persaingan
Hasan (2013), mengemukakan bahwa
kekuatan-kekuatan yang berpengaruh dalam persaingan setiap industri adalah
persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk substitusi, pemasok,
pelanggan, dan ancaman pendatan baru. Hal penting dalam persaingan dengan perusahaan
lain adalah should evaluate competitors
strategy to determine – mengevaluasi strategi pesaing untuk menentukan:
1. 1. Perusahaan mana
sebagai pesaing langsung.
2. 2. Sampai sejauh
mana harga digunakan dalam strategi pemasaran mereka.
3. 3. Seberapa sukses
strategi harga mereka.
4. 4.
Apa respons
pesaing utama terhadap perubahan harga.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Tahu “Wiyono”
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi
Utara. Waktu penelitian yaitu tanggal 29 April
2014 sampai tanggal 31 Juli 2014.
3.2
Desain Penelitian
Lokasi Penelitian
|
Desain Penelitian
|
Metode Pengumpulan Sample
|
Jumlah Sample
|
Satu tempat usaha
|
Purposive
Sampling
|
Pabrik Tahu “Wiyono”
|
Diagram
1. Desain Penelitian
Pada Diagram 1. tentang Desain Penelitian dapat
dilihat bahwa Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu data
berasal dari satu sample yang kemudian dianalisis sesuai dengan metode yang
digunakan kemudian diinterprestasikan. Metode penentuan sample menggunakan metode purposive
sampling yaitu penentuan sample
dengan pertimbangan bahwa Pabrik Tahu “Wiyono” merupakan usaha industri tahu
yang paling pertama di Kelurahan Walian. Lokasi penelitian pada Pabrik Tahu “Wiyono’
yang merupakan salah satu pengusaha di bidang industri tahu yang berlokasi di
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.
3.3
Metode Pengumpulan Data
Dalam
pengumpulan data, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
DATA
|
Data
Primer
|
Data
Sekunder
|
Wawancara
|
Langsung
|
Dokumentasi
|
Studi
Pustaka
|
Diagram 2. Metode Pengumpulan Data
Pada
Diagram 2. tentang Metode Pengumpulan Data, dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data menggunakan dua sumber data yang bersifat primer dan
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari tempat
penelitian sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak secara
langsung dari tempat penelitian. Data primer dapat diperoleh secara langsung
melalui wawancara, pengamatan langsung dan dokumentasi. Sedangkan data primer
dapat diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai sumber misalnya buku,
jurnal, dan internet.
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
1.
Melakukan survei
awal di Pabrik Tahu “Wiyono” Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota
Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.
2.
Menyusun daftar
pertanyaan yang dibutuhkan.
3.
Perbaikan dan
Ujian Proposal Penelitian.
4.
Melakukan
observasi sekaligus wawancara dengan pengelola usaha tahu di Pabrik Tahu “Wiyono”
di Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi
Utara.
5.
Melakukan
analisis data.
6.
Penulisan
laporan.
7.
Ujian hasil
penelitian.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
1.
Biaya variabel.
Biaya variabel
terdiri dari:
a.
Kedelai (Rp/kg).
b.
Tenaga Kerja
(Rp).
c.
Overhead Pabrik
Variabel (Rp).
2.
Biaya Tetap.
Biaya tetap
terdiri dari:
a.
Overhead
Pabrik Tetap (Rp).
b.
Pemasaran (Rp).
c.
Administrasi dan
Umum (Rp)
3.
Jenis dan Quantity Tahu.
Jenis tahu yang
diproduksi adalah tahu putih yang berbentuk kotak dengan jumlah produksi per
bulan adalah 3600 papan tahu.
3.6 Analisis Data
Analisis
data yang digunakan dalam penelitian mengenai penetapan harga pokok penjualan
di Pabrik Tahu “Wiyono” di Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota
Tomohon Provinsi Sulawesi Utara adalah dengan membandingkan data-data yang
diperoleh dari lokasi penelitian dengan landasan teori, setelah itu
menganalisis usulan penelitian yang digunakan untuk penentuan harga pokok
produksi. Hal-hal tersebut diperoleh dengan metode sebagai berikut:
3.6.1
Harga Pokok Produksi
3.6.1.1 Metode
Full Costing
Menurut Mulyadi (2008), laporan harga pokok produksi
dengan menggunakan metode full costing
diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik
variabel, biaya overhead pabrik tetap.
Biaya Bahan Baku Rp. xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. xxx
Biaya Overhead
Pabrik Variabel Rp. xxx
Biaya Overhead
Pabrik Tetap Rp. xxx
Harga Pokok Produksi Rp. xxx
Formulasi HPP persatuan diperoleh dengan cara
membagi HPP dengan total unit yang diproduksi (Garrison,
et al. 2008).
HPP
persatuan =
|
Keterangan:
HPP persatuan : Nilai Harga pokok produksi per satuan unit
(Rp).
HPP : Harga pokok produksi (Rp).
Tabel
2. Laporan Biaya Produk dengan Pendekatan Full
Costing
Biaya
|
Jumlah
|
|
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya Overhead Pabrik Tetap
|
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
|
|
Biaya Produksi
|
Rp.
xxx
|
|
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
|
Rp. xxx
Rp. xxx
|
|
Biaya Non-Produksi
|
Rp.
xxx
|
|
TOTAL BIAYA
|
Rp.
xxx
|
Pada Tabel 2. mengenai Laporan Biaya
dengan Pendekatan Full Costing terdiri
atas dua yaitu biaya produksi dan biaya non-produksi Total biaya dengan
menggunakan metode full costing
diperoleh dengan menjumlahkan kedua biaya tersebut (Mulyadi, 2008).
3.6.1.2 Metode
Variable Costing
Menurut Mulyadi (2008), laporan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode variable
costing diperoleh dengan cara melakukan penjumlahan antara biaya bahan
variabel, biaya tenaga kerja variabel, dan biaya overhead variabel.
Bahan Baku Rp.
xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. xxx
Biaya Overhead
Pabrik Variabel Rp. xxx
Harga Pokok Produksi Rp. xxx
Formulasi
HPP persatuan diperoleh dengan cara membagi HPP dengan total unit yang
diproduksi (Garrison, et al. 2008).
HPP
persatuan =
|
Keterangan:
HPP persatuan : Nilai Harga pokok produksisi persatuan unit
(Rp).
HPP : Harga pokok produksi (Rp).
Tabel
3. Laporan Biaya dengan Pendekatan Variable
Costing
Biaya
|
Jumlah
|
|
Biaya Produksi Variabel
|
||
Biaya Bahan
Baku
Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik Variabel
|
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
|
|
JUMLAH BIAYA VARIABEL
|
Rp.
xxx
|
|
Biaya
Tetap
|
||
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya
Pemasaran Tetap
Biaya
Administrasi dan Umum Tetap
|
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
|
|
JUMLAH BIAYA TETAP
|
Rp.
xxx
|
|
TOTAL BIAYA
|
Rp. xxx
|
Pada Tabel 3. mengenai Laporan Biaya
dengan Pendekatan Variable Costing
dapat dilihat bahwa unsur yang berperan penting yaitu biaya variabel, dan biaya
tetap. Untuk mengetahui total biaya yang digunakan dalam operasional usaha ini
maka perlu dilakukan penjumlahkan secara total (Mulyadi, 2008).
3.6.2 Penetapan Harga Jual Produk
3.6.2.1 Menghitung
Return on Investment
ROI diperoleh dengan cara membagi antara keuntungan
bersih dengan total investasi (Sutiyana, 2012).
ROI =
|
Keterangan:
ROI : Tingkat Pengembalian
Investasi (%).
:
Keuntungan Bersih (Rp).
Total
Investasi : Total Investasi Usaha (Rp).
3.6.2.2 Menghitung
Mark-Up
a.
Full Costing
% Mark-Up
=
|
Keterangan:
% Mark-Up : Nilai Presentase Kenaikan Harga.
ROI : Return on Investment.
Penetapan % Mark-Up
diperoleh dengan cara menjumlahkan antara ROI dengan biaya penjualan dan
administrasi lalu hasilnya dibagikan dengan hasil perkalian antara volume (unit)
dengan biaya produksi (Magdalena, 2010).
b.
%
Mark-Up =
|
Keterangan:
% Mark-Up : Nilai Presentase Kenaikan Harga.
ROI : Return On Investment.
Presentase Mark-Up
diperoleh dengan cara menjumlahkan antara ROI dan biaya tetap lalu dibagi
dengan perkalian antara volume dalam unit dengan biaya variabel per unit
(Magdalena, 2010).
3.6.2.3 Metode
Harga Mark-Up Full Costing
Harga Jual = Biaya Produksi + Mark Up
|
Keterangan:
Harga
Jual : Harga Jual
Produk (Rp).
Biaya
Produksi : Biaya Produksi Tahu (Rp).
Mark Up :
Kenaikan Harga (Rp).
Harga Jual dengan Metode Harga Mark-Up diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya produksi dengan
presentase Mark-Up (Hasan, 2013).
3.6.2.3 Metode
Harga Mark-Up Variable Costing
Harga Jual = Biaya Variabel
+ Mark Up
|
Keterangan:
Harga
Jual :
Harga Jual Produk (Rp).
Biaya
Variabel :
Total Biaya Produksi dan Non-Produksi
Variabel
(Rp).
Mark Up :
Kenaikan Harga (Rp).
Harga
Jual dengan Metode Harga Mark-Up
diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya produksi dengan presentase Mark-Up (Magdalena, 2010).
3.6.3 Menghitung Laba
3.6.3.1 Biaya Total
TC = TFC + TVC
|
Keterangan:
TC : Biaya Total (Rp).
TFC : Total Biaya Tetap (Rp).
TVC : Total Biaya Variabel (Rp).
Total
biaya dapat dihitung dengan cara menambahkan total biaya tetap dan total biaya
variabel (Firdaus, 2009).
3.6.3.2 Penerimaan Total
TR = P x Q
|
Keterangan:
TR : Total Penerimaan (Rp).
P : Harga Jual (Rp).
Q : Jumlah unit yang terjual.
Total
penerimaan dapat dihitung dengan cara mengalikan harga jual dengan jumlah yang
terjual (Firdaus, 2009).
3.6.3.3 Laporan Rugi Laba dan Neraca
1.
Full
Costing
Tabel
4. Laba Rugi – Full Costing
Laporan
Rugi Laba – Full Costing Juni 2014
|
|
Penjualan
Dikurangi:
Harga Pokok Produksi
|
Rp. xxx
Rp. xxx
|
Laba Kotor
|
Rp. xxx
|
Dikurangi:
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
|
Rp. xxx
Rp. xxx
|
Laba Bersih
|
Rp. xxx
|
Pada
Tabel 4. tentang Laba Rugi - Full Costing
Juni 2014 dapat dilihat bahwa untuk melihat untung rugi adalah dengan
mengurangi masing-masing biaya seperti biaya penjualan dan harga pokok produksi.
Hasil pengurangan tersebut akan menghasilkan nilai laba kotor. Selanjutnya,
nilai laba kotor tersebut dikurangi lagi dengan biaya pemasaran dan biaya
administrasi dan umum. Hasil pengurangan tersebut akan menghasilkan nilai laba
bersih pada Pabrik Tahu “Wiyono” (Witjaksono, 2006).
2.
Variable
Costing
Tabel
5. Laba Rugi – Variable Costing
Laporan
Rugi Laba – Variable Costing Juni
2014
|
|
Penjualan
Dikurangi Biaya Variabel:
Harga Pokok Produksi Variabel
|
Rp. xxx
Rp. xxx
|
Marjin
Kontribusi
|
Rp. xxx
|
Dikurangi Biaya Tetap:
Biaya Overhead
Pabrik Tetap
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
|
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
|
Laba Bersih
|
Rp. xxx
|
Pada
Tabel 5. tentang Laba Rugi – Variable
Costing dapat dilihat bahwa untuk melihat untung rugi adalah dengan
mengurangi masing-masing biaya seperti biaya penjualan dan harga pokok produksi
variabel. Hasil pengurangan tersebut akan menghasilkan nilai marjin kontribusi.
Selanjutnya, nilai marjin kontribusi tersebut dikurangi lagi dengan biaya overhead pabrik, biaya pemasaran, dan
biaya administrasi dan umum. Hasil pengurangan tersebut akan menghasilkan nilai
laba bersih pada Pabrik Tahu “Wiyono” (Witjaksono, 2006).
3. Neraca
Tabel 6. Neraca
Pabrik Tahu “Wiyono”
Neraca
30 Juni 2014
|
|||
Aktiva
|
Pasiva
|
||
Kas
Bahan
Baku
Tenaga
Kerja Langsung
Penjualan
Overhead Pabrik
Administrasi
dan Umum
Pemasaran
Hutang
Dagang
Hutang
Bank
Modal
|
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp.
xxx
Rp.
xxx
|
Rp. xxx
Rp.
xxx
Rp.
xxx
Rp.
xxx
|
|
Total
|
Rp. xxx
|
Rp. xxx
|
|
Pada
Tabel 6. tentang Neraca 30 Juni 2014 dapat dilihat bahwa besarnya aktiva adalah
dengan menjumlahkan kas, beban bahan baku, beban tenaga kerja langsung, beban overhead pabrik, beban administrasi dan
umum, dan beban pemasaran. Besarnya kewajiban dan modal adalah dengan
menjumlahkan nilai kewajiban dan modal perusahaan yang terdiri dari nilai
penjualan, hutang dagang, hutang bank, dan modal (Witjaksono, 2006)
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Profil Perusahaan
4.1.1 Sejarah
Perusahaan
Pada tahun 1992 Bapak Wiyono memulai
kegiatan bisnisnya bukanlah seorang pengusaha Tahu namun sebagai pengusaha
bakso. Usaha bisnis bakso ini dikerjakan sampai pada tahun 1995, kemudian pada
tahun yang sama Bapak Wiyono kembali mengganti usahanya dari bisnis Tahu
menjadi bisnis sayur sampai tahun 1998, Selanjutnya pada tahun yang sama Bapak
Wiyono kembali berbisnis di bidang industri Tahu.
Pada tahun 1998 bisnis Tahu ini dimodali
oleh 4 orang temannya dengan masing-masing menambahkan modalnya. Usaha tahu ini
mampu memproduksi 2400 potong tahu dan bertahan sampai pada tahun 2000.
Pada tahun 2000 Bapak Wiyono sudah
memulai usaha secara mandiri dengan lokasi usahanya berada di Kelurahan Matani.
Namun, akhirnya pindah ke Kelurahan Walian pada tahun 2002 yang merupakan
tempat usahanya sampai saat ini
4.1.2 Profil Usaha
Nama
Perusahaan : Pabrik
Tahu “Wiyono”
Bentuk Usaha :
Usaha Mandiri.
Jenis Usaha :
Industri Pengolahan Tahu.
Nama Produk :
Tahu.
Kapasitas Produksi :
500 kg kedelai per hari.
Lokasi
a.
Alamat : Kelurahan Walian Kecamatan
Tomohon
Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi
Utara.
b.
Pemilik : Bapak Wiyono.
c.
Rancangan Lay-out :
Berada di jalan
Tasik Oki yang jaraknya
100 m dengan jalan raya Tomohon.
d.
Alasan Pemilihan
Lokasi : Karena dekat dengan sungai.
Waktu Operasional :
Setiap hari dari pukul 03.00 sampaii 15.00.
Strategi
Aliansi : a. Coolmarket.
b. Warung bakso di sekitaran
Kota
Tomohon.
c. Bapak Beny di Manado
sebagai
penyuplai
bahan baku.
Rencana
Jangka Panjang : Pindah lokasi
usaha.
4.1.3 Produk
Produk yang dihasilkan oleh Pabrik
Tahu “Wiyono” adalah Tahu. Deskripsi mengenai produk tersebut sebagai berikut:
Tabel
7. Deskripsi Produk
Deskripsi
|
Keterangan
|
Wadah
|
Papan, Ember.
|
Warna
|
Putih.
|
Komposisi
|
Kacang Kedelai, Air, dan Asam
Cuka.
|
Tekstur
|
Kenyal.
|
Hasil Produksi
|
96 potong per papan, 104 potong
per papan, 128 potong per papan.
|
Pada Tabel 7. mengenai Deskripsi
Produk dapat dilihat bahwa pabrik Tahu “Wiyono” menggunakan wadah untuk
meletakkan tahu hasil catakannya ke papan lalu kemudian di letakkan ke dalam
ember untuk di dijual. warna dari tahu yang diproduksi adalah putih. Komposisi
yang digunakan adalah kacang kedelai, air, dan asam cuka. Tekstur dari produk
yang dihasilkan adalah kenyal. Hasil produksi per papannya terbagi atas tiga yaitu
tahu 96 potong per papan, tahu 104 potong per papan, dan tahu 128 potong per
papan.
4.1.4 Produksi
Dalam kegiatan produksi di Pabrik
Tahu “Wiyono” ditangani secara langsung oleh tujuh karyawan miliknya. Kegiatan
produksi tahu pada Pabrik Tahu “Wiyono” sebagai berikut:
Kedelai
Air
|
Pencucian dan Perendaman
8
Jam
Air
|
Penirisan
Air
|
Penggilingan
Pemasakan
Bubur Kedelai
(air
: kedelai, 10:1)
Koagulan
(garam Ca atau asam) 2-3 % berat kedelai
|
Ekstrak
(susu kedelai)
Koagulasi
Whey
|
(Supernatan)
Whey
|
Untuk
Membentuk Tahu
Pendinginan
Tahu Dalam Air Dingin
(Pemotongan
Sebelumnya)
Pengepakan
dan Penyimpanan
Diagram
3. Pembuatan Tahu
Pada
Gambar 3. tentang Diagram Alir Pembuatan Tahu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Awalnya kacang
kedelai diterima dari penyuplai bahan baku. Penyuplai bahan baku ini berasal
dari Bapak Beny yang berlokasi di Kota Manado. Bapak Beny merupakan
satu-satunya penyuplai kacang kedelai kepada Pabrik Tahu “Wiyono”.
2.
Tahap
selanjutnya adalah melakukan pencucian agar benar-benar bersih. Setelah itu
maka dilakukanlah perendaman selama kurang lebih delapan jam. Hal ini dilakukan
agar dapat melunakkan kacang kedelai tersebut untuk digiling.
3.
Setelah di cuci
dan direndam selama kurang lebih delapan jam maka dilakukan penirisan agar
kacang kedelai kering. Hal ini agar dapat mengurangi jumlah bakteri yang tumbuh
selama perendaman.
4.
Langkah selanjutnya
adalah penggilingan kacang kedelai untuk menghancurkan kacang kedelai tersebut
menjadi bubur. Selama proses penggilingan kacang kedelai yang digiling
ditambahkan air.
5.
Langkah
selanjutnya adalah pemasakan bubur kedelai. Bubur kedelai yang selesai di
giling langsung dimasak ke dalam tungku yang sudah disediakan. Menurut Muchtadi
(2009), kegiatan ini bertujuan untuk inaktifasi inhibitor tripsin yang
terkandung dalam kacang kedelai dan mendenaturasi protein aseli (native) kedelai, sehingga dapat
meningkatkan nilai gizi protein tahu, memperbaiki flavor (mengurangi bau langu), meningkatkan daya tahan simpan
dengan cara inaktifasi bakteri, mempermudah ekstraksi protein, mengubah kimia
protein untuk menghasilkan tahu yang baik.
6.
Selanjutnya
adalah tahap pengekstrasian dengan cara penyaringan menggunakan kain untuk
memisahkan susu kedelai dengan ampas kedelai. Susu kedelai tersebut yang
kemudian digunakan untuk membuat tahu.
7.
Selanjutnya
adalah pengkoagulasian susu kedelai. Susu kedelai yang telah diekstrak
dicampurkan dengan asam cuka sebagai bahan penolong dalam pembuatan tahu.
8.
Yang dikerjakan
selanjutnya adalah pemisahan cairan supernatan (whey). Kegiatan ini dilakukan sebelum proses pencetakan dan
pengepresan tahu.
9.
Langkah
selanjutnya adalah mencetak dan mengepres tahu. Kegiatan pengepresan dilakukan
dengan cara memasukkan endapan protein sedikit demi sedikit lalu dipres karena
mengandung banyak air. Alat pencetak yang digunakan adalah kayu yang berbentuk
kotak persegi empat besar. Setelah tahu jadi barulah tahu tersebut
dipotong-potong sesuai ukurannya sendiri.
10.
Kegiatan
selanjutnya adalah pendinginan dengan menggunakan air. Tahu yang sudah siap
direndam di dalam air. Hal ini ternyata memberikan banyak kelebihan. Menurut
Muchtadi (2009), perendaman dalam air dapat mencegah rusaknya tahu saat
pelepasan, dapat mendinginkan tahu secara cepat sehingga terhindar dari
pembusukan mikroba dan dapat memperpanjang masa simpan, mengeraskan tahu, mencuci
kelebihan koegulan, dapat menjadikan tempat penyimpanan tahu karena mencegah
pertumbuhan mikroba pembusuk.
4.2
Metode Harga Pokok Perusahaan
4.2.1 Biaya
Dalam penetapan setiap biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan terbagi atas dua yaitu biaya produksi dan biaya non
produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya pengadaan bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Biaya-biaya tersebut dijelaskan sebagai berikut:
4.2.1.1 Biaya
Produksi
Biaya
produksi adalah biaya yang digunakan dalam kegiatan produksi perusahaan. Dalam
kegiatan produksi terdiri atas tiga jenis biaya yaitu bahan baku, tenaga kerja
langsung, overhead pabrik variabel,
dan overhead pabrik tetap.
a.
Bahan Baku.
Pada tabel berikut dapat dilihat tentang jumlah biaya
bahan baku yaitu sebesar Rp. 81.024.000.
Tabel 8. Biaya Bahan Baku
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
|
Kacang
Kedelai
Asam
Cuka
|
(300
kg/hari x 30 hari) x Rp. 9.000/kg
4
botol x Rp. 6.000/botol
|
Rp.
81.000.000
Rp. 24.000
|
|
Jumlah
|
Rp. 81.024.000
|
||
b.
Tenaga Kerja
Langsung.
Biaya tenaga kerja langsung diperoleh dengan cara
mengalikan pendapatan karyawan per bulan dengan jumlah karyawan yang ada.
Biaya-biaya menurut perusahaan tersebut sebagai berikut:
Tabel
9. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Gaji Karyawan
|
7 orang x Rp. 800.000
(7 orang x Rp. 25.000/hari) x 30 hari
|
Rp.
5.600.000
Rp.
5.250.000
|
Jumlah
|
Rp. 10.850.000
|
Pada Tabel 9. tentang Biaya Tenaga Kerja Langsung
dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja langsung adalah Rp. 10.850.000.
c.
Overhead Pabrik
Variabel.
Biaya overhead
pabrik variabel diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya-biaya seperti
biaya bahan bakar solar, biaya pengadaan bahan bakar serbuk kayu, dan biaya
listrik dan air. Biaya-biaya menurut perusahaan tersebut sebagai berikut:
Tabel
10. Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya
|
Jumlah
|
|
Solar
Serbuk
Kayu
Pembelian
Ember
|
50
botol x Rp. 7.500/botol
(15
karung x Rp. 7.000) x 30 hari
Rp.70.000
x 5 buah
|
Rp. 375.000
Rp.
3.150.000
Rp. 350.000
|
Jumlah
|
Rp. 3.875.000
|
|
Pada Tabel 10. tentang Biaya Overhead Pabrik Variabel dapat dilihat bahwa jumlah biaya overhead pabrik variabel adalah Rp. 3.875.000.
Nilai ini diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya solar Rp. 375.000, biaya
serbuk kayu Rp. 3.150.000, dan biaya pembelian ember Rp. 350.000
d.
Overhead Pabrik
Tetap.
Biaya-biaya overhead pabrik tetap diperoleh dengan
cara menjumlahkan biaya-biaya seperti biaya pembelian panci rebus, dan biaya
pembelian ember dengan total biaya Rp. 4.200.000. Biaya-biaya overhead pabrik tetap menurut perusahaan
sebagai berikut:
Tabel
11. Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Pembelian Panci rebus
Listrik
dan Air untuk Produksi
|
1 buah x Rp. 4.000.000
|
Rp.
4.000.000
Rp.
200.000
|
Jumlah
|
Rp. 4.200.000
|
Berdasarkan
data-data diatas, jumlah biaya produksi pada Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni
2014 diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya-biaya seperti biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead
pabrik variabel dan biaya overhead pabrik
tetap dengan total biaya yaitu Rp. 99.949.000.
4.2.1.2 Biaya
Non-Produksi
Biaya
non-produksi terdiri atas biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum.
a.
Pemasaran.
Biaya pemasaran
menurut perusahaan tersebut terdiri dari:
Tabel
12. Biaya Pemasaran
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
BBM
|
Rp.
660.000 (mobil) + Rp. 120.000 (motor)
|
Rp.
780.000
|
Jumlah
|
Rp. 780.000
|
Pada Tabel 12. tentang Biaya Pemasaran dapat dilihat
bahwa jumlah biaya pemasaran adalah Rp. 780.000. Nilai ini diperoleh dengan
cara menjumlahkan masing-masing biaya yang dikeluarkan oleh kondaraan yang
berupa mobil dan motor dalam mendistribusikan Tahu ke konsumen maupun ke
pengecer.
b.
Administrasi dan
Umum.
Biaya-biaya menurut perusahaan terdiri atas:
Tabel
13. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya
|
Jumlah
|
Telepon
|
Rp.
20.000
|
Pemeliharaan
Peralatan Kantor
|
Rp.
100.000
|
Perawatan
Kendaraan
|
Rp.
200.000
|
Biaya
Asuransi Kebakaran
|
Rp.
70.000
|
Jumlah
|
Rp. 390.000
|
Biaya administrasi dan
umum diperoleh dengan menjumlahkan biaya-biaya seperti telepon, pemeliharaan
peralatan kantor, perawatan kendaraan, dan administrasi kebakaran. Mengenai
biaya administrasi dan umum maka dapat dilihat bahwa jumlah biaya administrasi
dan umum adalah Rp. 390.000.
Berdasarkan
data-data diatas maka total biaya non-produksi diperoleh dengan cara
menjumlahkan total biaya pemasaran, dan total biaya administrasi dan umum dengan
total biaya adalah Rp. 1.170.000. Total biaya pada Pabrik Tahu “Wiyono” pada
bulan Juni 2014 diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap dengan biaya non-produksi yang terdiri dari
biaya pemasaraan, dan biaya administrasi dan umum dengan total biaya adalah Rp.101.119.000.
4.2.2 Harga
Pokok Produksi
Pada Tabel 14. mengenai Harga Pokok
Produksi Perusahaan, dapat dilihat bahwa biaya bahan baku adalah sebesar Rp.
81.000.000, biaya tenaga kerja oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 10.850.000,
biaya overhead pabrik variabel oleh
perusahaan adalah sebesar Rp. 3.875.000, dan biaya overhead pabrik tetap oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 4.200.000.
Harga Pokok Produksi menurut perusahaan pada bulan Juni 2014 adalah Rp. 99.949.000.
Tabel 14. Harga Pokok Produksi Perusahaan bulan Juni 2014
Biaya
|
Jumlah
|
Bahan Baku
|
Rp. 81.000.000
|
Tenaga
Kerja
|
Rp.
10.850.000
|
Overhead Pabrik
Variabel
|
Rp.
3.875.000
|
Overhead Pabrik Tetap
|
Rp. 4.200.000
|
Harga Pokok
Produksi
|
Rp. 99.949.000
|
Berdasarkan
hasil diatas maka dapat dihitung besarnya harga pokok produksi tahu per papan
pada usaha “Wiyono”, yaitu:
Jumlah
produksi per hari adalah 120 papan x 30 hari = 3600 papan/bulan
HPP
per papan =HPP/Volume
Produksi
= Rp.
99.949.000/3600
= Rp.
27.764 per papan
|
Harga
pokok produksi tahu per papan pada Pabrik Tahu Bapak Wiyono bulan Juni 2014
diperoleh dengan membagi jumlah harga pokok produksi dengan volume produksi
yaitu sebesar Rp. 27.764 per papan.
4.2.3 Harga Jual
Penetapan harga jual oleh perusahaan
adalah menggunakan metode going rate
pricing. Metode going rate pricing
adalah metode penentuan harga jual yang ditetapkan berdasarkan harga yang ada
di pasar. Hal ini dikarenakan perusahaan
mengalami kesukaran dalam mengukur biaya dan reaksi dari konsumen serta saingannya. Penentuan harga jual oleh perusahaan untuk bulan Juni
2014 sebagai berikut:
Tahu
96 potong per papan = Rp. 32.500
Tahu
109 potong per papan = Rp. 32.500
Tahu
128 potong per papan = Rp. 32.500
|
Dari data diatas dapat dilihat bahwa
ada tiga bentuk tahu yang diproduksi yaitu tahu dengan ukuran papan yang sama
dengan jumlah potongan per papan adalah 96 potong, 109 potong, dan 128 potong.
Harga jual sebesar Rp. 32.500 adalah nilai yang sama dengan harga jual tahu
pada Bapak Ngadimin.
4.2.4 Total
Penerimaan
Total
penerimaan diperoleh dengan cara mengalikan harga jual dan jumlah produksi pada
bulan Juni 2014 yaitu:
TR = Q x P
= 3600 x Rp. 32.500
= Rp. 117.000.000
Dari
data diatas dapat dilihat bahwa total penerimaan perusahaan pada bulan Juni
2014 adalah sebesar Rp. 117.000.000.
4.2.5 Total Biaya
Total
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah dengan menjumlahkan total biaya
produksi dengan total biaya non-produksi yaitu:
TC = Biaya Produksi + Biaya Non-produksi
= Rp. 99.949.000 + Rp.
1.170.000
=
Rp. 101.119.000
Dari data diatas dapat dilihat bahwa
total biaya perusahaan pada bulan Juni 2014 adalah ssenilai Rp. 101.119.000.
4.2.6 Laba
Rugi
Pabrik
Tahu”Wiyono” pada bulan Juni 2014 mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp.
15.881.000. Hal ini diperoleh dengan cara mengurangi total biaya produksi
dengan total biaya non-produksi yang terdiri dari biaya pemasaran dan
administrasi dan umum.
Tabel
15. Laba Rugi Perusahaan
Laporan
Rugi Laba Perusahaan Juni 2014
|
|
Penjualan
Dikurangi:
Harga Pokok Produksi
|
Rp. 117.000.000
Rp.
99.949.000
|
Laba Kotor
|
Rp. 17.051.000
|
Dikurangi:
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
|
Rp.
780.000
Rp. 390.000
|
Laba Bersih
|
Rp. 15.881.000
|
4.2.7 Neraca
Berikut adalah informasi biaya
perusahaan pada 30 Juni 2014:
Tabel
16. Neraca
Pabrik Tahu “Wiyono”
Neraca
30 Juni 2014
|
||
Aktiva
|
Pasiva
|
|
Kas
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi
dan Umum
Penjualan
Modal
|
Rp. 117.000.000
Rp. 81.024.000
Rp. 10.850.000
Rp. 8.075.000
Rp. 780.000
Rp. 390.000
|
Rp.
117.000.000
Rp.
110.119.000
|
Total
|
Rp. 218.119.000
|
Rp. 218.119.000
|
Pada Tabel 16. tentang Neraca Pabrik
Tahu “Wiyono” 30 Juni 2014 dapat dilihat bahwa informasi biaya yang terjadi
selama bulan Juni 2014 adalah senilai Rp. 218.119.000.
4.3
Metode Harga Pokok Yang Disarankan
4.3.1 Biaya
Menurut
Hasan (2013), biaya merupakan faktor dasar dalam penentuan harga yang minimal,
sebab tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian.
Sebaliknya, apabila tingkat harga diatas semua biaya akan menghasilkan
keuntungan. Dalam menentukan harga pokok produksi dengan metode full costing dapat dinyatakan sebagai
berikut:
4.3.1.1 Full Costing
Metode full costing adalah salah satu metode yang digunakan dalam
penentuan harga pokok produksi. Dalam metode ini yang dihitung adalah
biaya-biaya seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya overheaad pabrik tetap, biaya pemasaran,
dan biaya administrasi dan umum.
1.
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam
kegiatan produksi oleh suatu perusahaan. Dalam kegiatan produksi terdiri atas
tiga jenis biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik Variabel dan biaya overhead pabrik tetap.
a.
Bahan Baku.
Bahan baku yang
digunakan adalah kacang kedelai. Kacang kedelai yang digunakan adalah kacang
kedelai asal amerika yang di suplai oleh Bapak Beny di Manado sebagai
satu-satunya penyuplai pada Pabrik Tahu “Wiyono”. Mengenai biaya bahan baku
dapat dilihat bahwa jumlah biaya bahan baku adalah sebesar Rp. 81.000.000.
Tabel 17. Biaya Bahan Baku
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Kacang Kedelai
|
(300 kg/hari x
30 hari) x Rp. 9.000/kg
|
Rp. 81.000.000
|
Jumlah
|
Rp. 81.000.000
|
b.
Tenaga Kerja
Langsung.
Tenaga kerja
langsung yang dimiliki oleh perusahaan terdiri atas tujuh orang. Biaya tenaga
kerja langsung terdiri atas:
Tabel
18. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Gaji
Karyawan
|
7
orang x Rp. 800.000/bulan
(7
orang x Rp. 25.000/hari) x 30 hari
7
orang x Rp. 350.000/bulan (dan lain-lain)
|
Rp.
13.300.000
|
Jumlah
|
Rp. 13.300.000
|
Pada Tabel 18. tentang Biaya Tenaga Kerja Langsung
dapat dilihat bahwa jumlah biaya tenaga kerja langsung diperoleh dengan
menjumlahkan masing-masing biaya seperti gaji Rp. 800.000 per bulan untuk
setiap karyawan yang dimilikinya, gaji harian yang diberikan oleh perusahaan
yaitu senilai Rp. 25.000, dan penerimaan dari fasilitas lainnya Rp. 350.000
tiap bulannya. Dari data tersebut maka jumlah total biaya tenaga kerja langsung
adalah Rp. 13.300.000.
c.
Overhead Pabrik
Variabel.
Data mengenai biaya overhead pabrik variabel yaitu:
Tabel
19. Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Solar
Serbuk
kayu
Listrik
dan air untuk produksi
Asam
cuka
|
50
botol x Rp. Rp. 7.500/botol
(15
karung x Rp. 7.000) x 30 hari
4
botol x Rp. 6.000/botol
|
Rp. 375.000
Rp.
3.150.000
Rp. 150.000
Rp. 24.000
|
Jumlah
|
Rp. 3.699.000
|
Pada Tabel 19. mengenai Biaya Overhead Pabrik Variabel dapat dilihat besarnya nilai biaya overhead pabrik variabel adalah Rp.
3.699.000.
d.
Overhead Pabrik
Tetap.
Biaya overhead
pabrik tetap adalah sebesar Rp. 4.558.333. Penentuan biaya overhead pabrik tetap sebagai berikut:
Tabel
20. Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Penyusutan mesin giling
Pembelian panci rebus
Pembelian ember
Penyusutan bangunan
Penyusutan mesin air
|
(Rp. 11.800.000 - Rp. 5.000.000) / 5 tahun / 12
bulan
1 buah x Rp. 4.000.000
5 buah x Rp. 70.000
(Rp. 60.000.000 – Rp. 40.000.000) / 20 tahun / 12
bulan
(400.000 – Rp. 50.000) / 5 tahun x 2 buah
|
Rp. 113.333
Rp. 4.000.000
Rp.
350.000
Rp.
83.333
Rp.
11.667
|
Jumlah
|
Rp.
4.558.333
|
Berdasarkan
data-data diatas dapat dilihat bahwa jumlah biaya produksi pada Pabrik Tahu “Wiyono”
bulan Juni 2014 diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, biaya overhead
pabrik variabel, dan biaya overhead
pabrik tetap dengan total biaya yaitu senilai Rp. 102.557.333.
2.
Biaya
Non-Produksi
Biaya non-produksi adalah biaya-biaya yang terjadi
diluar kegiatan produksi tahu perusahaan. Biaya non-produksi diperoleh dengan
cara menjumlahkan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
a.
Pemasaran.
Biaya pemasaran
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan selama kegiatan pemasaran perusahaan. Biaya
pemasaran diperoleh dengan cara menjumlahkan masing-masing biaya yang
dikeluarkan selama kegiatan tersebut. Biaya-biaya tersebut terdiri dari gaji,
bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor, dan biaya penyusutan kendaraan.
Biaya pemasaran dapat dilihat pada data berikut:
Tabel
21. Biaya Pemasaran
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Gaji Karyawan
Angkut
Penyusutan Kendaraan
|
1 orang x Rp. 2.000.000
2 orang x Rp. 750.000
Rp. 660.000 + Rp. 120.000
- (Rp. 96.000.000
- Rp. 60.000.000) / 5 tahun / 12 bulan
- (Rp. 15.000.000
– Rp. 5.000.000) / 5 tahun / 12 bulan
|
Rp. 2.000.000
Rp. 1.500.000
Rp.
780.000
Rp. 766.667
|
Jumlah
|
Rp. 5.046.667
|
Pada Tabel 21. tentang Biaya Pemasaran dapat dilihat
bahwa jumlah biaya pemasaran adalah Rp. 5.046.667.
b.
Administrasi dan
Umum.
Biaya administrasi dan umum diperoleh dengan cara
menjumlahkan biaya telepon yaitu sebesar Rp. 20.000, listrik dan air yaitu senilai
Rp. 50.000, pemeliharaan peralatan kantor yaitu senilai Rp. 100.000, perawatan
kendaraan yaitu senilai Rp. 200.000, administrasi kebakaran yaitu senilai Rp.
70.000, gaji yaitu senilai Rp. 2.000.000, dan pajak yang terdiri dari pajak
bangunan, pajak usaha, dan pajak kendaraan yang terdiri dari mobil pick-up dan motor yaitu senilai Rp.
205.166. Total biaya administrasi dan umum pada tabel 22. adalah senilai Rp.
2.645.166.
Tabel
22. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Telepon
Listrik dan air selain produksi
Pemeliharaan Peralatan Kantor
Perawatan
Kendaraan
Biaya
Asuransi Kebakaran
Gaji Karyawan
Pajak
|
1 orang x Rp. 2.000.000
1. 112.000/12 bulan
(bangunan)
2. (Rp. 1.500.000/12 bulan)
(mobil)
+ (Rp. 250.000/12
bulan)
(motor
3. Rp.600.000/12 bulan
(usaha)
|
Rp. 20.000
Rp.
50.000
Rp.
100.000
Rp.
200.000
Rp.
70.000
Rp. 2.000.000
Rp.
205.166
|
Jumlah
|
Rp. 2.645.166
|
Berdasarkan
data-data diatas dapat dilihat jumlah biaya non-produksi pada Pabrik Tahu “Wiyono”
adalah dengan menjumlahkan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum
yaitu Rp. 7.691.833. Dari data-data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah total
biaya yang di keluarkan dengan menggunakan metode full costing pada bulan Juni 2014 adalah dengan menjumlahkan total
biaya produksi dan total biaya non-produksi yaitu Rp. 110.249.166.
4.3.1.2 Variable Costing
Metode variable costing adalah salah satu metode yang digunakan dalam
penentuan harga pokok produksi. Dalam metode variable costing biaya yang dihitung adalah biaya produksi
variabel, biaya non-produksi variabel, dan biaya tetap.
1.
Biaya Produksi
Variabel
Biaya produksi variabel diperoleh dengan cara
menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
a.
Bahan Baku.
Bahan baku yang
digunakan adalah kacang kedelai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk produksi
dalam sebulan adalah 9 ton kacang kedelai. Data tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 23. Biaya Bahan Baku
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Kacang
Kedelai
|
(300 kg/hari x Rp. 9.000/kg) x 30 hari
|
Rp. 81.000.000
|
Jumlah
|
Rp.
81.000.000
|
Pada Tabel 23. tentang Biaya Bahan Baku dapat
dilihat bahwa jumlah biaya bahan baku adalah Rp. 81.000.000. Nilai ini adalah
berdasarkan perkalian antara jumlah yang digunakan per hari adalah 300 kg
dengan harga per kilogram yaitu Rp. 9.000. Hasilnya kemudian dikalikan lagi
dengan jumlah waktu dalam bulan Juni 2014 yaitu 30 hari.
b.
Tenaga Kerja
Langsung.
Total Biaya
Tenaga Kerja Langsung adalah Rp. 13.300.000. Nilai ini diperoleh dengan
menjumlahkan antara gaji dari tujuh orang karyawan yang dimiliki, gaji harian
oleh tujuh karyawan yang dikalikan 30 hari, dan gaji khusus.
Tabel
24. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Gaji
Karyawan
|
-
7 orang x Rp. 800.000/bulan
-
(7 orang x Rp. 25.000/hari) x 30 hari
-
7 orang x Rp. 350.000 (dan lain-lain)
|
Rp.
13.300.000
|
Jumlah
|
Rp. 13.300.000
|
c. Overhead Pabrik Variabel.
Biaya overhead
pabrik variabel diperoleh dengan menjumlahkan biaya-biaya seperti biaya bahan
bakar solar, biaya bahan bakar serbuk kayu, biaya listrik dan air, dan bahan
penolong (asam cuka). Pada tabel tentang biaya overhead pabrik variabel dapat dilihat bahwa jumlah biaya digunakan
perusahaan adalah Rp. 3.699.000. Data mengenai biaya overhead pabrik variabel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
25. Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Solar
|
50 botol x Rp. 7.500
|
Rp.
375.000
|
Serbuk Kayu
|
(15 karung x Rp. 7.000) x 30 hari
|
Rp. 3.150.000
|
Listrik dan Air untuk Produksi
|
Rp. 150.000
|
|
Asam Cuka
|
4 botol x Rp. 6.000
|
Rp.
24.000
|
Jumlah
|
Rp. 3.699.000
|
Berdasarkan
data-data diatas dapat dilihat bahwa jumlah biaya produksi variabel pada Pabrik
Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik variabel adalah sebesar Rp. 97.999.000. Maka, jumlah biaya variabel pada
Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 yaitu Rp. 97.999.000.
2.
Biaya Tetap
Biaya tetap diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya
overhead pabrik tetap, biaya
pemasaran tetap, dan biaya administrasi dan umum tetap.
a.
Overhead Pabrik
Tetap.
Biaya overhead
pabrik tetap diperoleh dengan cara menjumlahkkan biaya-biaya seperti biaya penyusutan
mesin giling bulan Juni 2014, biaya pembelian ember bulan Juni 2014, biaya
pembelian panci rebus bulan Juni 2014, biaya penyusutan bangunan bulan Juni
2014, biaya penyusutan mesin air bulan Juni 2014 dengan total biaya yang yaitu
Rp. 4.558.333. Data mengenai Biaya Overhead
Pabrik Tetap dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
26. Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Penyusutan mesin giling
Pembelian panci rebus
Pembelian ember
Penyusutan bangunan
Penyusutan mesin air
|
(Rp. 11.800.000 - Rp. 5.000.000) / 5 tahun / 12
bulan
1 buah x Rp. 4.000.000
5 buah x Rp. 70.000
(Rp. 60.000.000 – Rp. 40.000.000) / 20 tahun / 12
bulan
(400.000 – Rp. 50.000) / 5 tahun x 2 buah
|
Rp.
113.333
Rp. 4.000.000
Rp.
350.000
Rp.
83.333
Rp.
11.667
|
Jumlah
|
Rp.
4.558.333
|
b.
Pemasaran Tetap.
Biaya pemasaran
tetap diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya-biaya seperti gaji, angkutan,
dan penyusutan kendaraan. Biaya pemasaran tetap diperoleh dengan menjumlahkan
masing-masing biaya seperti biaya gaji, biaya angkutan, dan biaya penyusutan
kendaraan. Jumlah biaya pemasaran tetap bulan Juni 2014 adalah Rp. 5.046.667.
Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
27. Biaya Pemasaran Tetap
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Gaji
Angkut
|
1 orang x .2.000.000
2 orang x Rp. 750.000
Rp. 660.000 + Rp. 120.000
|
Rp. 2.000.000
Rp. 1.500.000
Rp.
780.000
|
Penyusutan Kendaraan
|
- (Rp. 96.000.000
- Rp. 60.000.000) / 5 tahun / 12 bulan
- (Rp. 15.000.000
– Rp. 5.000.000) / 5 tahun / 12 bulan
|
Rp.
600.000
Rp.
166.667
|
Jumlah
|
Rp. 5.046.667
|
c.
Administrasi dan
Umum Tetap.
Biaya administrasi dan umum tetap dapat dilihat
bahwa total biaya administrasi dan umum tetap adalah sebesar Rp. 2.645.166.
data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 28. Biaya Administrasi dan
Umum Tetap
Biaya
|
Rincian
|
Jumlah
|
Telepon
Listrik dan Air
|
Rp. 20.000
Rp. 50.000
|
|
Pemeliharaan Peralatan Kantor
|
Rp. 100.000
|
|
Perawatan Kendaraan
|
Rp. 200.000
|
|
Biaya Asuransi Kebakaran
|
Rp. 70.000
|
|
Gaji Karyawan
|
1 orang x Rp. 2.000.000
|
Rp. 2.000.000
|
Pajak
|
Rp. 112.000/12 bulan (bangunan)
Rp. 1.500.000/12 bulan (mobil)
Rp. 250.000/12 bulan (motor)
Rp.600.000/12 bulan (usaha)
|
Rp. 9.333
Rp.
125.000
Rp.
20.833
Rp.
50.000
|
Jumlah
|
Rp. 2.645.166
|
Dari
data-data diatas dapat dilihat bahwa jumlah biaya tetap pada Pabrik Tahu “Wiyono”
bulan Juni 2014 dengan menjumlahkan biaya overhead
pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, dan biaya administrasi dan umum tetap adalah
sebesar Rp. 11.470.166. Total biaya
pada Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 dengan menjumlahkan total biaya
produksi variabel, total biaya non-produksi variabel, dan total biaya tetap
adalah Rp. 110.249.166.
4.3.2 Harga
Pokok Produksi
Menurut
Dwiermayanti (2011), dalam akuntansi biaya, perhitungan harga pokok produksi
dilakukan dengan menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi. Metode penentuan
harga pokok produksi berdasarkan usulan peneliti ada dua metode yaitu metode full costing dan metode variabel costing.
4.3.2.1 Full Costing
Harga
Pokok Produksi dengan metode full costing
diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik
variabel, dan biaya overhead pabrik
tetap. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 29. Harga
Pokok Produksi Full Costing
Biaya
|
Jumlah
|
Biaya Bahan
Baku
|
Rp. 81.000.000
|
Biaya Tenaga
Kerja Langsung
|
Rp. 13.300.000
|
Biaya Overhead Pabrik Variabel
|
Rp. 3.699.000
|
Biaya Overhead Pabrik Tetap
|
Rp. 4.558.333
|
Harga Pokok Produksi
|
Rp. 102.557.333
|
Pada
Tabel 4.22 mengenai Harga Pokok Produksi dengan menggunakan metode full costing dapat dilihat bahwa dalam
Harga Pokok Produksi pada Pabrik Tahu “Wiyono” pada bulan Juni 2014 adalah Rp. 102.557.333.
Jumlah
produksi 120 papan/hari x 30 hari = 3600 papan/bulan
HPP
per papan =
HPP/Volume Produksi
=
Rp. 102.557.333/3600 papan
=
Rp. 28.488/papan
|
Harga
Pokok Produksi per papan tahu pada Pabrik Tahu “Wiyono” dengan menggunakan
metode full costing pada bulan Juni
2014 adalah Rp. 28.488 per papan.
4.3.2.2 Variable Costing
Harga
Pokok Produksi dengan metode variable
costing pada Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 adalah Rp. 97.999.000.
Data tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 30. Harga Pokok Produksi Variable Costing
Biaya
|
Jumlah
|
Biaya
Bahan Baku
|
Rp.
81.000.000
|
Biaya
Tenaga Kerja
|
Rp.
13.300.000
|
Biaya
Overhead Pabrik Variabel
|
Rp. 3.699.000
|
Harga Pokok Produksi
|
Rp. 97.999.000
|
Jumlah yang diproduksi per hari
adalah 120 papan.
Jumlah produksi dalam bulan juni
2014 = 120 papan x 30 hari
=
3600 papan
HPP Per Papan = HPP/Volume Produksi
= Rp.
97.999.000/3600 papan
= Rp. 27.222/papan
|
Harga
Pokok Produksi tahu per papan pada Pabrik Tahu “Wiyono” dengan menggunakan
metode variable costing pada bulan
Juni 2014 adalah Rp. 27.222 per papan.
4.3.3 Penetapan
Harga Jual dengan Metode Full Costing
Penetapan harga jual dengan metode full costing adalah penetapan harga jual
dengan memperhitungkan biaya penuh ke dalam penentuan harga.
4.3.3.1 Investasi
Menurut Nurathovia (2013), investasi
adalah pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi
digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Jumlah total
investasi Pabrik Tahu “Wiyono” adalah:
Investasi = Bangunan + Mobil (pick-up)
+ Motor + Mesin Air + Mesin
Giling + Panci Rebus
= Rp. 60.000.000 + Rp. 96.000.000 + Rp.
15.000.000 +
(Rp.
400.000) 2 mesin + Rp.11.800.000 +
(Rp. 4.000.000) 3
Panci
= Rp. 195.600.000
|
Berdasarkan
hasil perhitungan diatas maka, nilai investasi Pabrik Tahu “Wiyono” adalah Rp.
195.600.000. Jumlah tersebut diperoleh dengan menjumlahkan nilai-nilai seperti
biaya pembuatan bangunan usaha, pembelian mobil pick-up, pembelian motor, pembelian mesin air, pembelian mesin
giling, dan pembelian panci rebus.
4.3.3.2 Menghitung
ROI
Return on Investment (ROI) diperoleh dengan membagi keuntungan bersih
perusahan dengan tingkat investasi. Untuk menghitung ROI dapat dilihat pada
data berikut:
ROI =
=
=
0,03 x 100
= 3 %
Dari perhitungan diatas maka dapat
dilihat bahwa nilai ROI pada Pabrik Tahu “Wiyono” adalah 3%. Nilai 3% pada ROI
maksudnya adalah bahwa perusahaan ini pada bulan Juni 2014 mendapatkan
pengembalian investasi sebesar Rp. 5.868.000.
4.3.3.3 Menghitung
Mark-Up
Mark-Up diperoleh dengan cara mengalikan jumlah return on investment atau tingkat
pengembalian investasi dengan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
Hasilnya lalu dibagikan dengan hasil dari perkalian antara volume produksi
dengan harga pokok produksi tahu per papan. Berdasarkan pernyataan tersebut
maka formula yang digunakan sebagai berikut:
Mark-Up =
=
=
0,14 x 100
=
14 %
4.3.3.4 Harga
Jual
Metode
penetapan harga jual dengan menggunakan metode full costing diperoleh dengan cara sebagai berikut:
Harga
Jual = Biaya Produksi + Mark Up
Harga
Jual = Rp.
102.557.333 + (14 % (Rp. 102.557.333)
=
Rp. 116.915.360 : 3600 papan
Harga
Jual = Rp. 32.476 per papan
4.3.4 Penetapan
Harga Jual dengan Metode Variable Costing
Penentuan harga jual dengan metode variable costing adalah metode penentuan
harga jual dengan berdasarkan pada biaya variabel dalam penentuan biaya.
4.3.4.1 Investasi
Menurut Nurathovia (2013), investasi
adalah pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan
untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Jumlah total investasi
Pabrik Tahu “Wiyono” adalah:
Investasi = Bangunan + Mobil (pick-up)
+ Motor + Mesin Air + Mesin
Giling + Panci Rebus
= Rp. 60.000.000 + Rp. 96.000.000 + Rp.
15.000.000 +
(Rp.
400.000) 2 mesin + Rp.11.800.000 +
(Rp. 4.000.000) 3
panci
= Rp. 195.600.000
|
Dari data diatas dapat dilihat bahwa
nilai investasi “Wiyono” pada bisnis yang dijalankannya adalah sebesar Rp.
195.600.000. Nilai tersebut diperoleh dengan menjumlahkan beberapa biaya
seperti bangunan, mobil pick-up,
motor, mesin air, mesin giling, dan panci rebus
4.3.3.2 Menghitung
ROI
Return on Investment (ROI) diperoleh dengan cara membagi keuntungan
bersih yang diperoleh oleh perusahan dengan besarnya tingkat investasi Bapak
Wiyono diawal usaha. Untuk menghitung ROI dapat dilihat pada data berikut:
ROI =
=
=
0,03 x 100
= 3 %
Dari perhitungan diatas maka dapat
dilihat bahwa nilai ROI pada Pabrik Tahu “Wiyono” adalah 3%. Nilai 3% pada ROI
maksudnya adalah bahwa perusahaan ini pada bulan Juni 2014 mendapatkan
pengembalian investasi sebesar Rp. 5.868.000.
4.3.4.3 Menghitung
Mark-Up
Mark-Up diperoleh dengan cara mengalikan jumlah ROI dengan
biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Hasilnya lalu dibagikan dengan
hasil dari perkalian antara volume produksi dengan harga pokok produksi per
papan. Data tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Mark-Up =
=
=
0,19 x 100 %
=
19 %
4.3.4.4 Harga
Jual
Metode
penetapan harga jual dengan menggunakan metode variable costing sebagai berikut:
Harga
Jual = Biaya Variabel +
Mark Up
Harga
Jual = Rp.
97.999.000 + (19 % (Rp. 97.999.000))
=
Rp. 116.618.810 : 3600 papan
Harga Jual = Rp. 32.394 per papan
4.3.5
Laporan Laba Rugi dan Neraca
Laba
atau rugi suatu usaha diperoleh dengan cara mengurangi total penerimaan dengan
total biaya. Metode yang digunakan ada dua yaitu metode full costing dan variable
costing sehingga penyajian laporan laba rugi perusahaan dengan
masing-masing metode memiliki karakteristik tersendiri.
4.3.5.1 Full Costing
a. Laporan
Laba Rugi
Laporan Laba Rugi dengan menggunakan metode full costing dapat dilihat bahwa pada
bulan Juni 2014 Pabrik Tahu “Wiyono” mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp.
6.666.194.
Tabel
31. Laba Rugi – Full Costing
Laporan
Rugi Laba – Full Costing Juni 2014
|
|
Penjualan
Dikurangi:
Harga Pokok Produksi
|
Rp. 116.915.360
Rp. 102.557.333
|
Laba Kotor
|
Rp. 14.358.027
|
Dikurangi:
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
|
Rp.
5.046.667
Rp.
2.645.166
|
Laba Bersih
|
Rp. 6.666.194
|
b. Neraca
Pada Tabel 32. dapat dilihat bahwa
informasi biaya yang terjadi selama bulan Juni 2014 dengan metode full costing adalah Rp. 227.164.526.
Tabel
32. Neraca
Pabrik Tahu “Wiyono”
Neraca
30 Juni 2014
|
||
Aktiva
|
Pasiva
|
|
Kas
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi
dan Umum
Penjualan
Modal
|
Rp. 116.915.360
Rp. 81.000.000
Rp. 13.300.000
Rp. 8.257.333
Rp. 5.046.667
Rp. 2.645.166
|
Rp.
116.915.360
Rp. 110.249.166
|
Total
|
Rp. 227.164.526
|
Rp. 227.164.526
|
4.3.5.2 Variabel Costing
a. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi dengan menggunakan
metode variable costing bulan Juni
2014 dapat dilihat bahwa Pabrik Tahu “Wiyono” mendapatkan keuntungan bersih
sebesar Rp. 6.369.644. Hal ini diperoleh dengan cara mengurangi nilai penjualan
dengan harga pokok produksi variabel. Hasil pengurangan tersebut akan
menghasilkan marjin kontribusi. Nilai dari marjin kontribusi tersebut dikurangi
lagi dengan biaya-biaya tetap yang terdiri dari biaya overhead pabrik, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum.
Hasil perngurangan tersebut menghasilkan nilai dari laba bersih.
Tabel
33. Laba Rugi – Variable Costing
Laporan
Rugi Laba – Variable Costing Juni
2014
|
|
Penjualan
Dikurangi Biaya Variabel:
Harga Pokok Produksi Variabel
|
Rp. 116.618.810
Rp.
97.999.000
|
Marjin
Kontribusi
|
Rp. 18.619.810
|
Dikurangi Biaya Tetap:
Biaya Overhead
Pabrik Tetap
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
|
Rp.
4.558.333
Rp. 5.046.667
Rp.
2.645.166
|
Laba Bersih
|
Rp. 6.369.644
|
b. Neraca
Informasi biaya Pabrik Tahu “Wiyono”
30 Juni 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel
34. Neraca
Pabrik Tahu “Wiyono”
Neraca
30 Juni 2014
|
||||
Aktiva
|
Pasiva
|
|||
Kas
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi
dan Umum
Penjualan
Modal
|
Rp. 116.618.810
Rp. 81.000.000
Rp. 13.300.000
Rp. 8.257.333
Rp. 5.046.667
Rp. 2.645.166
|
Rp.
116.618.810
Rp.
110.249.166
|
||
Total
|
Rp. 226.867.976
|
Rp. 226.867.976
|
||
Pada Tabel 34. tentang Neraca Pabrik
Tahu “Wiyono” dapat dilihat bahwa informasi biaya yang terjadi selama bulan
Juni 2014 dengan metode variable costing
adalah Rp. 226.867.976. Nilai ini diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing
sisi yaitu aktiva dan nilai kewajiban dan modal. Aktiva diperoleh dengan
menjumlahkan nilai dari kas, bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik, pemasaran, dan
administrasi dan umum. Nilai kewajiban dan modal diperoleh dengan menjumlahkan
nilai penjualan dan modal.
4.3.6 Perbandingan
Tabel
35. Tabel Perbandingan
Keterangan
|
Menurut
Perusahaan
|
Usulan
|
|
Full
Costing
|
Variable
Costing
|
||
Total Biaya
|
Rp. 101.119.000
|
Rp. 110.249.166
|
Rp.
110.249.166
|
HPP
|
Rp. 99.949.000
|
Rp. 102.557.333
|
Rp.
97.999.000
|
HPP per papan
|
Rp.
27.764
|
Rp.
28.488
|
Rp.
27.222
|
Harga Jual
|
Rp.
32.500
|
Rp. 32.476
|
Rp.
32.394
|
Profit
|
Rp. 15.881.000
|
Rp. 6.666.194
|
Rp. 6.369.644
|
Pada Tabel 35. tentang Tabel Perbandingan
dapat dilihat bahwa:
1.
Total biaya yang
dikeluarkan berdasarkan penetapan perusahaan lebih kecil yaitu Rp. 101.119.000
dibandingkan dengan total biaya yang diusulkan oleh peneliti senilai Rp.
110.249.166 dengan metode full costing
dan metode variable costing. Hal ini
dikarenakan perusahaan tidak menghitung biaya-biaya seperti biaya tenaga kerja
lainnya, biaya tenaga kerja sendiri, biaya penyusutan, biaya pajak, biaya perawatan
kendaraan, dan biaya perawatan peralatan kantor.
2.
Harga pokok
produksi oleh perusahaan lebih kecil yaitu Rp. 99.949.000 dibandingkan dengan
harga pokok produksi dengan dengan metode full
costing senilai Rp. 102.557.333. Hal ini dikarenakan harga pokok produksi
oleh perusahaan tidak menghitung biaya tenaga kerja lainnya, dan biaya
penyusutan bangunan dan mesin. Harga Pokok Produksi dengan metode variable costing lebih kecil yaitu Rp.
97.999.000 dibandingkan dengan metode full
costing karena dalam metode variable
costing tidak memasukkan biaya overhead
pabrik tetap.
3.
Harga pokok
produksi per papan tahu dengan metode variable
costing lebih kecil yaitu Rp. 27.222 dibandingkan dengan metode full costing senilai Rp. 28.488 dan
penetapan menurut perusahaan senilai Rp. 27.764. Hal ini dikarenakan dalam penentuan harga pokok
produksi per papan tahu dengan menggunakan metode variable costing tidak menghitung .biaya overhead pabrik tetap seperti pada metode full costing dan metode perusahaan.
4.
Harga jual tahu
per papan dengan metode variable costing
lebih kecil yaitu Rp. 32.394 dibandingkan harga jual tahu per papan full costing yaitu Rp. 32.476, dan
metode perusahaan yaitu Rp. 32.500 per papan.
5.
Keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan dengan menggunakan metode perusahaan lebih besar
yaitu Rp. 15.881.000 dibandingkan dengan metode full costing yaitu Rp. 6.666.194 dan variable costing
yaitu Rp. 6.369.644. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak memperhitungkan
biaya-biaya seperti biaya tenaga kerja lainnya, biaya tenaga kerja sendiri,
biaya penyusutan, biaya pajak, biaya perawatan kendaraan, dan biaya perawatan
peralatan kantor.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Penentuan harga
pokok produksi oleh Pabrik Tahu “Wiyono” masih memiliki kekurangan karena tidak
memasukkan biaya-biaya seperti biaya penyusutan mesin giling, penyusutan
bangunan, penyusutan mesin air, dan gaji karyawan.
2.
Penentuan harga
jual oleh Pabrik Tahu “Wiyono” adalah dengan menggunakan metode going rate pricing yaitu metode yang
harga jualnya ditetapkan berdasarkan harga yang ada di pasar. Hal ini
dikarenakan Pabrik Tahu “Wiyono” tidak dapat menganalisa para pesaing,
konsumen, dan pasar sehingga hanya mengikuti harga yang tercipta di pasar.
3.
Keuntungan yang
diperoleh Pabrik Tahu “Wiyono” dengan menggunakan metode perusahaan hasilnya
lebih besar dibandingkan kedua metode yang diusulkan yaitu full costing dan variable
costing. Hal ini karena perusahaan tidak memasukkan biaya-biaya seperti
pajak, penyusutan bangunan, penyusutan mesin, penyusutan kendaraan, dan tenaga
kerja pribadi.
5.2 Saran
1.
Pabrik Tahu
“Wiyono” sebaiknya memasukkan biaya-biaya seperti penyusutan bangunan,
penyusutan mesin air, penyusutan mesin giling, dan gaji karyawan dalam
penentuan harga pokok produksi.
2.
Pabrik Tahu
“Wiyono” sebaiknya menggunakan metode penentuan harga mark-up dengan pendekatan variable
costing dalam penentuan harga jual tahu karena metode ini memisahkan biaya
kedalam dua kelompok yaitu biaya variabel dan biaya tetap yang menitikberatkan
penyajian biaya berdasarkan perilaku dalam hubungannya dengan perubahaan volume
kegiatan. Metode ini juga bermanfaat bagi manajemen untuk mengambil keputusan
jangka pendek karena dalam jangka pendek biaya tetap tidak relevan karena tidak
terpengaruh oleh keputusan menajemen.
3.
Perhitungan
dalam menghitung keuntungan Pabrik Tahu “Wiyono” sebaiknya menggunakan metode variable costing dalam penentuan biaya
sehingga dapat mengetahui nilai keuntungan yang sebenarnya dari perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alma,
B., 2009. Manajemen Pemasaran dan
Pemasaran Jasa. Cetakan Kedelapan. ALFABETA: Bandung
Badan
Statistik Indonesia. 2014. Tenaga Kerja.
http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=801&Itemid=801.
Diakses pada 25 Juni 2014 Pukul 12:21 Wita.
Carter, K, W., 2009. Akuntansi Biaya. Buku I. Edisi 14.
Salemba Empat: Jakarta.
Dwiermayanti.
14 November 2011. Penentuan Harga Pokok
Produk dengan Metode Konvensional. http://dwiermayanti.wordpress.com/2011/11/14/penentuan-harga-pokok-produk-dengan-metode-konvensional. Diakses pada
25 April 2014 Pukul 12:24 Wita.
Firdaus. M., 2009. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara: Jakarta
Garrison.
R., Noreen, E., Brewer, P., 2008. Akuntansi
Manajerial. Edisi 11. Buku 1. Salemba Empat: Jakarta.
Hasan,
A., 2013. Marketing dan Kasus-Kasus
Pilihan. CAPS: Yogyakarta.
Jatmiko.
B., P., A. P. Widodo., A. Sukmaaji., 2014. Sistem
dan Aplikasi Penentuan Harga Jual Berdasarkan Biaya Total Pada CV. Terbit
Terang. Diakses pada 23 Juni 2014 Pukul 11:47 Wita.
Josephine.
12 Oktober 2012. Pengertian Bisnis dan
perannya dalam kehidupan saya. Josephinejoe.wordpress.com/2012/10/12/pengertian-bisnis-dan-perannya-dalam-kehidupan-saya.
Diakses pada 2 Mei 2014 Pukul 11:57 Wita.
KBBI.
April 2014. Pengertian Beban. kbbi.web.id/beban.
Diakses pada 23 Juni 2014 Pukul 12:00 Wita.
Kotler,
P., 2005. Manajemen Pemasaran.
Gramedia: Jakarta.
Magdalena,
2010. Harga Jual. Diakses pada 20 Mei 2014 pukul 11:15 Wita.
Muchtadi,
D., 2009. Prinsip Teknologi Pangan Sumber
Protein. Alfabeta: Bandung.
Mulyadi.
2008. Sistem Akuntansi. Edisi 3. Cetakan
Keempat. Salemba Empat: Jakarta.
Nana.
2014. Rumus Menghitung Harga Pokok
Penjualan. http://www.slideshare.net/mobile/nanadus1/rumus-untuk-menghitung-harga-pokok-penjualan.
Diakses pada 13 Agustus 2014 Pukul 04:59 Wita.
Nasution,
H, A., 2006. Manajemen Industri.
ANDI: Yogyakarta.
Nurathovia,
P., 2013. Makalah Investasi. Putrinurathovia.wordpress.coms/2013/06/08/makalah-investasi/.
Diakses pada 21 Juli 2014 Pukul 14:30 Wita.
Rundjan,
R., 10 Januari 2014. Sejarah Tahu. http://historia.co.id/artikel/budaya/1304/Majalah-Historia/Sejarah_Tahu,_Tahu_Sejarah. Diakses pada
24 Juni 2014 Pukul 23:42 Wita.
Subekti,
W., Februari 2012. Pengertian Harga Jual.
www.wibowopajak.com/2012/02/pengertian-harga-jual.html. Diakses pada
29 April 2014 Pukul 13:39 Wita.
Supriyono.
2007. Akuntansi Biaya. Buku I. Edisi
2. BPFE: Yogyakarta.
Suratiyah,
K., 2009. Ilmu Usahatani. Penebar
Swadaya: Jakarta
Sutiyana.
2012. Analisis Strategi Pengembangan
Usaha Agroindustri Pupuk Organik SAA. Diakses pada 26 Mei 2014 Pukul 10:29
Wita.
Suwardjono.
2003. Akuntansi Pengantar. Edisi
Ketiga. BPFE: Yogyakarta.
Witjaksono.
2006. Akuntansi Biaya. Cetakan
Pertama. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Yanti.
R. N., 3 Oktober 2013. Dampak Limbah
Pabrik Tahu Tempe (Industri Pangan) Terhadap Lingkungan. Diakses pada 26
Juni 2013 Pukul 07:22 Wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar