Minggu, 15 Maret 2015

Penerapan Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan Pabrik Tahu "Wiyono" di Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara

Oleh: Louis B. Talokon

BAB I



PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang


            Menurut Josephine (2012), bisnis adalah suatu usaha yang dikerjakan perseorangan ataupun berkelompok yang dalam usaha tersebut mempertemukan pembeli dan penjual yang saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak. Bisnis dijalankan untuk mendapatkan suatu keuntungan dan kadang-kadang dapat mengalami kerugian jika tidak dijalankan dengan baik dan terencana.
Menurut Yanti (2013), industri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kecil. Tempe dan Tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang. Akibat dari banyaknya Industri tersebut, maka limbah hasil proses pengolahan banyak membawa dampak terhadap lingkungan.
Bisnis di Industri tahu merupakan salah satu usaha yang memiliki peluang besar. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan setiap hari, kita tidak bisa lepas dari produk yang satu ini. Penjual Tahu akan sangat mudah didapat terutama olahan jadinya seperti tahu isi yang sangat dikenal orang.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara mengenai Pengusaha tahu/tempe Kota Tomohon pada tahun 2013, diperoleh data bahwa di Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara terdapat banyak pengusaha di bidang industri Tahu. Data pada tabel 1. menyatakan bahwa jumlah pengusaha tahu/tempe di Kota Tomohon untuk daerah Kecamatan Tomohon Utara adalah daerah yang memiliki pengusaha Tahu/Tempe paling sedikit yaitu satu tempat usaha yaitu Bapak Sutrisno. Di kecamatan Tomohon Tengah jumlah pengusaha Tahu/Tempe berjumlah tiga tempat usaha yang terdiri atas Bapak Melky La`la`, Bapak Suman, dan Bapak Nurhalim. Sedangkan, untuk kecamatan Tomohon Selatan adalah daerah yang memiliki jumlah pengusaha Tahu/Tempe paling banyak yaitu tujuh pengusaha yang terdiri atas  Bapak Mitro Suwarno, Bapak Wiyono, Bapak Ngadimin, Bapak Sumarno, Bapak Sumarno, Bapak Joko Purnomo, dan Bapak Sukarni. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Pengusaha Tahu/Tempe Kota Tomohon Tahun 2013

No.
Nama Pemilik
Karyawan
Alamat
1.
Melky La`la`
6 orang
Kelurahan Kolongan Kecamatan Tomohon Tengah.
2.
Suman
2 orang
Kelurahan Paslaten I Kecamatan Tomohon Tengah.
3.
Nurhalim
2 orang
Kelurahan Talete II Kecamatan Tomohon Tengah.
4.
Mitro Suwarno
3 orang
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
5.
Wiyono
6 orang
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
6.
Ngadimin
3 orang
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
7.
Sumarno
2 orang
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
8.
Sumarno
2 orang
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
9.
Joko Purnomo
2 orang
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
10.
Sukarni
2 orang
Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan.
11.
Sutrisno
2 orang
Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara.
Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Tomohon (2013)

Pabrik Tahu “Wiyono” merupakan suatu usaha rumahan yang memproduksi tahu dengan lokasi usahanya berada di Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara. Wilayah pemasarannya berada di sekitaran Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.
Penentuan harga pokok produksi oleh Bapak Wiyono dilakukan dengan menggunakan metode full costing. Selain itu dalam penentuan biaya overhead pabrik pada Pabrik Tahu “Wiyono”, biaya bahan penolong digolongkan kedalam biaya bahan baku. Penentuan harga pokok produksi merupakan suatu kebutuhan untuk menjaga persaingan antara harga pokok produksi Tahu Bapak Wiyono dengan unit usaha lainnya, hal ini untuk menyeimbangkan selisih antara harga pokok produksi dengan harga jual untuk memaksimalkan profit.
Penentuan harga pokok penjualan pada Pabrik Tahu “Wiyono” juga selalu memperhitungkan setiap biaya yang digunakan dalam setiap pembuatan Tahu, hal ini agar Pabrik Tahu “Wiyono” tidak mengalami kerugian dalam setiap produksinya. Biaya-biaya yang dianggarkan selama kegiatan produksi selalu diperhitungkan agar harga jual lebih besar dari biaya produksi. Hal inilah yang memberikan keuntungan bagi Bapak Wiyono.
Menurut Jatmiko et al (2014), kesalahan dalam penentuan harga akan berakibat fatal, jika harga yang ditentukan terlalu mahal maka pelanggan akan membeli produk dari perusahaan lain, sedangkan jika harga terlalu murah akan mengakibatkan kerugian. Untuk itu diperlukan sistem yang dapat mengelola informasi yang sistematik dan komparatif serta data analisis biaya dan laba yang menjadi pedoman manajemen untuk mengambil keputusan. Keputusan yang diambil dapat berupa penentuan harga jual.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti mengangkat penelitian tentang Penetapan Harga Pokok Penjualan Pabrik Tahu “Wiyono” di Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.


1.2 Perumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang dapat dirumuskan yaitu bagaimana penerapan sistem penetapan harga pokok penjualan yang ada di Pabrik Tahu “Wiyono” ?


1.3  Tujuan Penelitian


Pada penelitian ini peneliti bertujuan untuk:
1.         Mengetahui penerapan sistem penentuan harga pokok produksi pada Pabrik Tahu “Wiyono”.
2.         Mengetahui penerapan sistem penentuan harga jual pada Pabrik Tahu “Wiyono”.
3.         Mengetahui untung-rugi usaha tahu pada Pabrik Tahu “Wiyono”.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.      Tidak terdapat lagi kesalahan dalam penentuan biaya di Pabrik Tahu “Wiyono”.
2.      Memberikan data tentang metode penetapan harga pokok penjualan di Pabrik Tahu “Wiyono”.
3.      Meminimalisir kerugian akibat salah dalam penentuan harga di Pabrik Tahu “Wiyono”.




 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tahu


            Menurut Rundjan (2014), Tahu adalah kuliner tertua yang diperkenalkan orang Tionghoa di Nusantara. Orang-orang Tionghoa datang ke Nusantara dengan membawa keterampilan kulinernya dan salah satunya adalah Tahu. Tahu memiliki sejarah panjang di Tingkok yaitu 3000 tahun lalu. Tahu hadir di Nusantara tidak dapat ditentukan meskipun teknologi pembuatan Tahu secara cepat menyebar ke Jepang, Korea, dan Asia Tenggara.  Kata Tahu berasal dari bahasa Tionghoa yaitu tao-hu atau teu-hu. Suku kata tao atau teu berarti hancur menjadi bubur. Dengan demikian secara harafiah Tahu adalah makanan yang bahan bakunya kedelai yang dihancurkan menjadi bubur.
Pada abad ke-19 orang-orang Jawa dilanda krisis gizi yang luar biasa akibat penerapan sistem cultuurstelsel (tanam paksa). Hasil bumi dikuras untuk kepentingan kolonial sampai akhirnya kesulitan dalam mencari makan. Pada saat itulah Tahu muncul sebagai makanan alternatif. Sampai sekarang, Tahu menjadi makanan penting bagi orang Indonesia. Cara penyajian di tiap wilayah pun bervariasi namun masih menjadi pangan populer dan dapat dinikmati kapan saja.


2.2 Harga


Menurut Kotler (2005), harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya. Harga adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan; ciri-ciri produk, saluran, dan promosi membutuhkan lebih banyak waktu.
Menurut Alma (2009), dalam konsep ekonomi teori, pengertian, harga, nilai dan utility, merupakan konsep yang saling berhubungan. Yang dimaksud dengan utility ialah suatu atribut yang melekat pada suatu barang, yang memungkinkan barang tersebut, dapat memenuhi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan memuaskan konsumen (satisfaction). Value adalah nilai suatu produk untuk ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter yaitu pertukaran antar barang. Namun saat ini sudah jarang lagi ditemukan kegiatan barter, tapi sudah menggunakan uang sebagai ukuran yang disebut harga. Jadi, harga (price) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang.


2.3 Harga Pokok Produksi


Menurut Dwiermayanti (2011), dalam akuntansi biaya, perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi. Harga pokok produksi per unit ditentukan dengan cara membagi seluruh total biaya produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan dengan volume produksi.

2.3.1    Full Costing

Menurut Mulyadi (2008), full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap.
Menurut Witjaksono (2006), dalam penentuan harga pokok dengan metode full costing terdiri atas:
1.                  Harga Pokok Produk.
a.       Bahan Baku.
b.      Tenaga Kerja.
c.       Overhead Pabrik Variabel.
d.      Overhead Pabrik Tetap.
2.                  Beban Periode.
a.       Pemasaran.
b.      Administratif dan Umum.

2.3.2    Variable Costing

Menurut Witjaksono (2006), variable costing adalah suatu metode penentuan harga pokok yang hanya menghitung biaya produksi variabel yang dibebankan kepada produk. Dalam penentuan harga pokok dengan metode variable costing terdiri atas:
1.                  Harga Pokok Produk.
a.         Bahan Baku.
b.         Tenaga Kerja.
c.         Overhead Pabrik Variabel.
2.                  Beban Periode.
a.         Overhead Pabrik Tetap.
b.         Pemasaran.
c.         Administratif dan Umum.


2.4 Harga Pokok Penjualan

            Menurut Nana (2014), harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual. Manfaat dari harga pokok penjualan yaitu:
1.                  Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
2.                  Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila nilai dari harga jual perusahaan atau usaha tertentu lebih besar dari harga pokok penjualan perusahaan tersebut maka akan diperoleh laba dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.


2.5 Penetapan Harga Jual


Menurut Subekti (2012), harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan barang kena pajak, tidak termasuk pajak pertambahan nilai yang dipungut menurut undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan PPNBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah) dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
Menurut Hasan (2013), metode yang digunakan dalam penetapan harga jual ada tujuh yaitu:
1.                  Metode Penetapan Harga Mark-Up.
Metode mark-up merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual. Metode penetapan harga mark-up dipandang paling sederhana dan paling banyak digunakan yaitu dengan menambahkan sejumlah kenaikan (mark-up) pada biaya produk.
2.                  Target Return.
Metode target return adalah kebijakan perusahaan yang menetapkan besarnya target ROI tahunan berdasarkan rasio antara laba dengan investasi total yang ditanamkan perusahaan pada fasilitas produksi dan aset yang mendukung produk tertentu.
3.                  Break Even Volume.
Metode break even volume adalah metode yang digunakan untuk mengetahui tentang bagaimana satu-satuan produk itu dijual pada harga tertentu untuk mengembalikan dana yang tertanam dalam produk tersebut.
4.                  Perceived Value Pricing.
Metode perceived value pricing adalah metode penetapan harga yang mendasarkan pada persepsi pelanggan.
5.                  Going Rate Pricing.
Metode going rate pricing adalah harga yang ditetapkan di pasar karena perusahaan mengalami kesukaran dalam mengukur biaya dan reaksi dari pembeli dan saingan.
6.                  Discriminative Pricing.
Diskriminasi harga adalah kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang berbeda-beda untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar yang berbeda.
7.                  Customary Pricing.
Metode penetapan harga secara customary pricing adalah harga tetap tidak berubah.



2.6 Biaya


Menurut Carter (2009) biaya merupakan suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan. Biaya (cost) sering kali digunakan sebagai sinonim dari beban (expense). Tetapi beban (expense) dapat diartikan sebagai arus keluar yang terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapat untuk menentukan laba. Beban dan biaya tidak dapat disamakan karena setiap beban adalah biaya tetapi tidak setiap biaya adalah beban. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia beban adalah barang yang dibawa, muatan, sesuatu yang berat, kewajiban, tanggung jawab.
Menurut Hasan (2013), biaya merupakan faktor dasar dalam penentuan harga yang minimal, sebab tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya, apabila tingkat harga diatas semua biaya akan menghasilkan keuntungan.
Carter memberikan contoh, sebuah perusahaan membeli bahan baku dengan tunai. Karena aset bersih tidak terpengaruh, maka tidak ada beban yang diakui. Sumber daya perusahaan hanya diubah dari kas menjadi persediaan bahan baku. Bahan baku tersebut dibeli dengan biaya tertentu, namun belum menjadi beban. Ketika perusahaan menjual barang jadi yang berasal dari bahan baku tersebut maka biaya bahan baku tersebut dibukukan sebagai beban di laporan laba rugi.
Menurut Witjaksono (2006), biaya-biaya dalam penentuan harga pokok dapat dirinci sebagai berikut:
1.                  Bahan Baku.
Biaya bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi.
2.                  Tenaga Kerja.
Menurut Badan Statistik Indonesia (2014), tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa.


3.                  BOP Variabel.
BOP variabel adalah biaya-biaya produk yang bersifat variabel selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja.
4.                  BOP Tetap.
BOP tetap adalah biaya-biaya produk yang bersifat tetap selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja.
5.                  Pemasaran.
Beban pemasaran adalah beban pada saat setelah barang jadi telah siap untuk di jual.
6.                  Administrasi dan Umum.
Beban administrasi dan umum adalah beban yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi.

2.6.1    Klasifikasi Biaya

Biaya dalam terminologi keuangan didefinisikan sebagai pengorbanan sumber-sumber daya yang diadakan untuk mendapatkan keuntungan atau mencapai tujuan di masa yang akan datang. (Nasution, 2006)
Secara umum terminologi biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.                  Biaya Tetap (Fixed Cost).
Biaya tetap adalah biaya operasi suatu fasilitas yang bersifat tetap. Contoh: Gaji karyawan.
2.                  Biaya Variabel (Variable Cost).
Biaya variabel adalah biaya operasi suatu fasilitas yang berubah secara linier sesuai dengan volume output operasi tersebut. Contoh: Harga rica di pasar karombasan.


2.7 Laba


            Menurut Firdaus (2009), laba adalah tujuan dari setiap perusahaan. Oleh karena itu keberhasilan suatu perusahaan akan diukur dengan laba yang diperoleh. Laba harus ada dengan alasan berikut:
1.                  Laba sebagai kompensasi (reward) karena seseorang berani menanggung risiko. Besar kecilnya risiko akan menentukan besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan.
2.                  Laba adalah kompensasi karena seseorang berhasil di dalam inovasi. Dikarenakan seseorang berani berperan dalam inovasi maka baginya ada kemungkinan memperoleh kompensasi.
3.                  Laba adalah kompensasi adanya perubahan di bidang perekonomian. Tanpa perubahan tidak ada laba. Adanya perubahan di bidang ekonomi mengakibatkan perubahan permintaan selera konsumen, mode, persaingan, dan sebagainya.


2.8 Persaingan


            Hasan (2013), mengemukakan bahwa kekuatan-kekuatan yang berpengaruh dalam persaingan setiap industri adalah persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk substitusi, pemasok, pelanggan, dan ancaman pendatan baru. Hal penting dalam persaingan dengan perusahaan lain adalah should evaluate competitors strategy to determine – mengevaluasi strategi pesaing untuk menentukan:
1.                1. Perusahaan mana sebagai pesaing langsung.
2.                2. Sampai sejauh mana harga digunakan dalam strategi pemasaran mereka.
3.                3. Seberapa sukses strategi harga mereka.
4.                4. Apa respons pesaing utama terhadap perubahan harga.




 BAB III

METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Tahu “Wiyono” Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara. Waktu penelitian yaitu tanggal 29 April 2014 sampai tanggal 31 Juli 2014.


3.2 Desain Penelitian


Lokasi Penelitian
Desain Penelitian
Metode Pengumpulan Sample
Jumlah Sample
Satu tempat usaha
Purposive Sampling
Pabrik Tahu “Wiyono”
 












Diagram 1. Desain Penelitian

Pada Diagram 1. tentang Desain Penelitian dapat dilihat bahwa Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu data berasal dari satu sample yang kemudian dianalisis sesuai dengan metode yang digunakan kemudian diinterprestasikan. Metode penentuan sample menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan sample dengan pertimbangan bahwa Pabrik Tahu “Wiyono” merupakan usaha industri tahu yang paling pertama di Kelurahan Walian. Lokasi penelitian pada Pabrik Tahu “Wiyono’ yang merupakan salah satu pengusaha di bidang industri tahu yang berlokasi di Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.




3.3 Metode Pengumpulan Data


            Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
DATA
Data Primer
Data Sekunder
Wawancara
Langsung
Dokumentasi
Studi Pustaka
 










Diagram 2. Metode Pengumpulan Data

            Pada Diagram 2. tentang Metode Pengumpulan Data, dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data menggunakan dua sumber data yang bersifat primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak secara langsung dari tempat penelitian. Data primer dapat diperoleh secara langsung melalui wawancara, pengamatan langsung dan dokumentasi. Sedangkan data primer dapat diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai sumber misalnya buku, jurnal, dan internet.


3.4 Prosedur Penelitian


            Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.                  Melakukan survei awal di Pabrik Tahu “Wiyono” Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.
2.                  Menyusun daftar pertanyaan yang dibutuhkan.
3.                  Perbaikan dan Ujian Proposal Penelitian.
4.                  Melakukan observasi sekaligus wawancara dengan pengelola usaha tahu di Pabrik Tahu “Wiyono” di Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.
5.                  Melakukan analisis data.
6.                  Penulisan laporan.
7.                  Ujian hasil penelitian.
3.5 Variabel Penelitian


            Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
1.                  Biaya variabel.
Biaya variabel terdiri dari:
a.       Kedelai (Rp/kg).
b.      Tenaga Kerja (Rp).
c.       Overhead Pabrik Variabel (Rp).
2.                  Biaya Tetap.
Biaya tetap terdiri dari:
a.       Overhead Pabrik Tetap (Rp).
b.      Pemasaran (Rp).
c.       Administrasi dan Umum (Rp)
3.                  Jenis dan Quantity Tahu.
Jenis tahu yang diproduksi adalah tahu putih yang berbentuk kotak dengan jumlah produksi per bulan adalah 3600 papan tahu.


3.6 Analisis Data


            Analisis data yang digunakan dalam penelitian mengenai penetapan harga pokok penjualan di Pabrik Tahu “Wiyono” di Kelurahan Walian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara adalah dengan membandingkan data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian dengan landasan teori, setelah itu menganalisis usulan penelitian yang digunakan untuk penentuan harga pokok produksi. Hal-hal tersebut diperoleh dengan metode sebagai berikut:

3.6.1        Harga Pokok Produksi

3.6.1.1  Metode Full Costing

Menurut Mulyadi (2008), laporan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya overhead pabrik tetap.
Biaya Bahan Baku                                Rp. xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung   Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel          Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap              Rp. xxx
Harga Pokok Produksi             Rp. xxx

Formulasi HPP persatuan diperoleh dengan cara membagi HPP dengan total unit yang diproduksi (Garrison, et al. 2008).
HPP persatuan =

 




Keterangan:

HPP persatuan : Nilai Harga pokok produksi per satuan unit (Rp).
HPP                 : Harga pokok produksi (Rp).

Tabel 2. Laporan Biaya Produk dengan Pendekatan Full Costing

Biaya
Jumlah
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx




Biaya Produksi

Rp. xxx
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
Rp. xxx
Rp. xxx


Biaya Non-Produksi

Rp. xxx
TOTAL BIAYA

Rp. xxx

            Pada Tabel 2. mengenai Laporan Biaya dengan Pendekatan Full Costing terdiri atas dua yaitu biaya produksi dan biaya non-produksi Total biaya dengan menggunakan metode full costing diperoleh dengan menjumlahkan kedua biaya tersebut (Mulyadi, 2008).

3.6.1.2 Metode Variable Costing

            Menurut Mulyadi (2008), laporan harga pokok produksi dengan menggunakan metode variable costing diperoleh dengan cara melakukan penjumlahan antara biaya bahan variabel, biaya tenaga kerja variabel, dan biaya overhead variabel.
Bahan Baku                                          Rp. xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung   Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel          Rp. xxx
Harga Pokok Produksi             Rp. xxx

            Formulasi HPP persatuan diperoleh dengan cara membagi HPP dengan total unit yang diproduksi (Garrison, et al. 2008).
HPP persatuan =

 




Keterangan:

HPP persatuan : Nilai Harga pokok produksisi persatuan unit (Rp).
HPP                 : Harga pokok produksi (Rp).

Tabel 3. Laporan Biaya dengan Pendekatan Variable Costing

Biaya
Jumlah
Biaya Produksi Variabel
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx

JUMLAH BIAYA VARIABEL

Rp. xxx
Biaya Tetap

Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Pemasaran Tetap
Biaya Administrasi dan Umum Tetap
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx

JUMLAH BIAYA TETAP

Rp. xxx
TOTAL BIAYA
Rp. xxx

            Pada Tabel 3. mengenai Laporan Biaya dengan Pendekatan Variable Costing dapat dilihat bahwa unsur yang berperan penting yaitu biaya variabel, dan biaya tetap. Untuk mengetahui total biaya yang digunakan dalam operasional usaha ini maka perlu dilakukan penjumlahkan secara total (Mulyadi, 2008).




3.6.2    Penetapan Harga Jual Produk

3.6.2.1 Menghitung Return on Investment

ROI diperoleh dengan cara membagi antara keuntungan bersih dengan total investasi (Sutiyana, 2012).
ROI =

 



            Keterangan:
           
            ROI                 : Tingkat Pengembalian Investasi (%).
                                  : Keuntungan Bersih (Rp).
            Total Investasi  : Total Investasi Usaha (Rp).

3.6.2.2 Menghitung Mark-Up

a.                  Full Costing
% Mark-Up =

 




Keterangan:

% Mark-Up     : Nilai Presentase Kenaikan Harga.
ROI                  : Return on Investment.

Penetapan % Mark-Up diperoleh dengan cara menjumlahkan antara ROI dengan biaya penjualan dan administrasi lalu hasilnya dibagikan dengan hasil perkalian antara volume (unit) dengan biaya produksi (Magdalena, 2010).
b.                 
% Mark-Up =

Variable Costing



Keterangan:

% Mark-Up     : Nilai Presentase Kenaikan Harga.
ROI                  : Return On Investment.

Presentase Mark-Up diperoleh dengan cara menjumlahkan antara ROI dan biaya tetap lalu dibagi dengan perkalian antara volume dalam unit dengan biaya variabel per unit (Magdalena, 2010).

3.6.2.3 Metode Harga Mark-Up Full Costing
Harga Jual = Biaya Produksi + Mark Up
 




            Keterangan:

            Harga Jual                    : Harga Jual Produk (Rp).
            Biaya Produksi : Biaya Produksi Tahu (Rp).
            Mark Up                     : Kenaikan Harga (Rp).

Harga Jual dengan Metode Harga Mark-Up diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya produksi dengan presentase Mark-Up (Hasan, 2013).

3.6.2.3 Metode Harga Mark-Up Variable Costing
Harga Jual = Biaya Variabel + Mark Up
 




            Keterangan:
           
            Harga Jual                                : Harga Jual Produk (Rp).
            Biaya Variabel              : Total Biaya Produksi dan Non-Produksi
Variabel (Rp).
            Mark Up                                : Kenaikan Harga (Rp).

            Harga Jual dengan Metode Harga Mark-Up diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya produksi dengan presentase Mark-Up (Magdalena, 2010).

3.6.3    Menghitung Laba

3.6.3.1 Biaya Total
TC = TFC + TVC
 




            Keterangan:
           
            TC       : Biaya Total (Rp).
            TFC     : Total Biaya Tetap (Rp).
            TVC     : Total Biaya Variabel (Rp).

            Total biaya dapat dihitung dengan cara menambahkan total biaya tetap dan total biaya variabel (Firdaus, 2009).

3.6.3.2 Penerimaan Total

TR = P x Q
 



Keterangan:

TR        : Total Penerimaan (Rp).
P          : Harga Jual (Rp).
Q         : Jumlah unit yang terjual.

            Total penerimaan dapat dihitung dengan cara mengalikan harga jual dengan jumlah yang terjual (Firdaus, 2009).

3.6.3.3 Laporan Rugi Laba dan Neraca

1.                  Full Costing

Tabel 4. Laba Rugi – Full Costing

Laporan Rugi Laba – Full Costing Juni 2014
Penjualan
Dikurangi:
Harga Pokok Produksi
Rp. xxx

Rp. xxx
Laba Kotor
Rp. xxx
Dikurangi:
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum

Rp. xxx
Rp. xxx
Laba Bersih
Rp. xxx

            Pada Tabel 4. tentang Laba Rugi - Full Costing Juni 2014 dapat dilihat bahwa untuk melihat untung rugi adalah dengan mengurangi masing-masing biaya seperti biaya penjualan dan harga pokok produksi. Hasil pengurangan tersebut akan menghasilkan nilai laba kotor. Selanjutnya, nilai laba kotor tersebut dikurangi lagi dengan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Hasil pengurangan tersebut akan menghasilkan nilai laba bersih pada Pabrik Tahu “Wiyono” (Witjaksono, 2006).




2.                  Variable Costing

Tabel 5. Laba Rugi – Variable Costing

Laporan Rugi Laba – Variable Costing Juni 2014
Penjualan
Dikurangi Biaya Variabel:
Harga Pokok Produksi Variabel
Rp. xxx

Rp. xxx
Marjin Kontribusi
Rp. xxx
Dikurangi Biaya Tetap:
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum

Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Laba Bersih
Rp. xxx

            Pada Tabel 5. tentang Laba Rugi – Variable Costing dapat dilihat bahwa untuk melihat untung rugi adalah dengan mengurangi masing-masing biaya seperti biaya penjualan dan harga pokok produksi variabel. Hasil pengurangan tersebut akan menghasilkan nilai marjin kontribusi. Selanjutnya, nilai marjin kontribusi tersebut dikurangi lagi dengan biaya overhead pabrik, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum. Hasil pengurangan tersebut akan menghasilkan nilai laba bersih pada Pabrik Tahu “Wiyono” (Witjaksono, 2006).
3.         Neraca

Tabel 6. Neraca

Pabrik Tahu “Wiyono”
Neraca
30 Juni 2014

Aktiva
Pasiva
Kas
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Penjualan
Overhead Pabrik
Administrasi dan Umum
Pemasaran
Hutang Dagang
Hutang Bank
Modal
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx

Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx




Rp. xxx



Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Total
Rp. xxx
Rp. xxx





            Pada Tabel 6. tentang Neraca 30 Juni 2014 dapat dilihat bahwa besarnya aktiva adalah dengan menjumlahkan kas, beban bahan baku, beban tenaga kerja langsung, beban overhead pabrik, beban administrasi dan umum, dan beban pemasaran. Besarnya kewajiban dan modal adalah dengan menjumlahkan nilai kewajiban dan modal perusahaan yang terdiri dari nilai penjualan, hutang dagang, hutang bank, dan modal (Witjaksono, 2006)






BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Profil Perusahaan


4.1.1    Sejarah Perusahaan

            Pada tahun 1992 Bapak Wiyono memulai kegiatan bisnisnya bukanlah seorang pengusaha Tahu namun sebagai pengusaha bakso. Usaha bisnis bakso ini dikerjakan sampai pada tahun 1995, kemudian pada tahun yang sama Bapak Wiyono kembali mengganti usahanya dari bisnis Tahu menjadi bisnis sayur sampai tahun 1998, Selanjutnya pada tahun yang sama Bapak Wiyono kembali berbisnis di bidang industri Tahu.
            Pada tahun 1998 bisnis Tahu ini dimodali oleh 4 orang temannya dengan masing-masing menambahkan modalnya. Usaha tahu ini mampu memproduksi 2400 potong tahu dan bertahan sampai pada tahun 2000.
            Pada tahun 2000 Bapak Wiyono sudah memulai usaha secara mandiri dengan lokasi usahanya berada di Kelurahan Matani. Namun, akhirnya pindah ke Kelurahan Walian pada tahun 2002 yang merupakan tempat usahanya sampai saat ini

4.1.2    Profil Usaha

Nama Perusahaan                    : Pabrik Tahu “Wiyono”
Bentuk Usaha                         : Usaha Mandiri.
Jenis Usaha                             : Industri Pengolahan Tahu.
Nama Produk                          : Tahu.
Kapasitas Produksi                 : 500 kg kedelai per hari.
Lokasi
a.         Alamat                             : Kelurahan   Walian   Kecamatan  Tomohon
  Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi   
  Utara.
b.         Pemilik                             : Bapak Wiyono.
c.         Rancangan Lay-out          : Berada  di  jalan  Tasik  Oki yang  jaraknya
  100 m dengan jalan raya Tomohon.
d.        Alasan Pemilihan Lokasi  : Karena dekat dengan sungai.
Waktu Operasional                 : Setiap hari dari pukul 03.00 sampaii 15.00.
Strategi Aliansi                       : a. Coolmarket.
b. Warung     bakso    di    sekitaran     Kota
     Tomohon.
c. Bapak     Beny     di     Manado    sebagai
    penyuplai bahan baku.
Rencana Jangka Panjang         : Pindah lokasi usaha.

4.1.3    Produk

            Produk yang dihasilkan oleh Pabrik Tahu “Wiyono” adalah Tahu. Deskripsi mengenai produk tersebut sebagai berikut:

Tabel 7. Deskripsi Produk

Deskripsi
Keterangan
Wadah
Papan, Ember.
Warna
Putih.
Komposisi
Kacang Kedelai, Air, dan Asam Cuka.
Tekstur
Kenyal.
Hasil Produksi
96 potong per papan, 104 potong per papan, 128 potong per papan.

            Pada Tabel 7. mengenai Deskripsi Produk dapat dilihat bahwa pabrik Tahu “Wiyono” menggunakan wadah untuk meletakkan tahu hasil catakannya ke papan lalu kemudian di letakkan ke dalam ember untuk di dijual. warna dari tahu yang diproduksi adalah putih. Komposisi yang digunakan adalah kacang kedelai, air, dan asam cuka. Tekstur dari produk yang dihasilkan adalah kenyal. Hasil produksi per papannya terbagi atas tiga yaitu tahu 96 potong per papan, tahu 104 potong per papan, dan tahu 128 potong per papan.







4.1.4    Produksi

            Dalam kegiatan produksi di Pabrik Tahu “Wiyono” ditangani secara langsung oleh tujuh karyawan miliknya. Kegiatan produksi tahu pada Pabrik Tahu “Wiyono” sebagai berikut:
                                                                                         
Kedelai
Air
 
Pencucian dan Perendaman                       
8 Jam
Air
 
Penirisan
Air
 
Penggilingan


Pemasakan Bubur Kedelai
(air : kedelai, 10:1)
Koagulan (garam Ca atau asam) 2-3 % berat kedelai
 
Ekstrak (susu kedelai)


Koagulasi


Whey
Pemisahan Cairan
(Supernatan)


Whey
Pengepresan “curds”
Untuk Membentuk Tahu


Pendinginan Tahu Dalam Air Dingin
(Pemotongan Sebelumnya)


Pengepakan dan Penyimpanan

Diagram 3. Pembuatan Tahu

Pada Gambar 3. tentang Diagram Alir Pembuatan Tahu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.                  Awalnya kacang kedelai diterima dari penyuplai bahan baku. Penyuplai bahan baku ini berasal dari Bapak Beny yang berlokasi di Kota Manado. Bapak Beny merupakan satu-satunya penyuplai kacang kedelai kepada Pabrik Tahu “Wiyono”.
2.                  Tahap selanjutnya adalah melakukan pencucian agar benar-benar bersih. Setelah itu maka dilakukanlah perendaman selama kurang lebih delapan jam. Hal ini dilakukan agar dapat melunakkan kacang kedelai tersebut untuk digiling.
3.                  Setelah di cuci dan direndam selama kurang lebih delapan jam maka dilakukan penirisan agar kacang kedelai kering. Hal ini agar dapat mengurangi jumlah bakteri yang tumbuh selama perendaman.
4.                  Langkah selanjutnya adalah penggilingan kacang kedelai untuk menghancurkan kacang kedelai tersebut menjadi bubur. Selama proses penggilingan kacang kedelai yang digiling ditambahkan air.
5.                  Langkah selanjutnya adalah pemasakan bubur kedelai. Bubur kedelai yang selesai di giling langsung dimasak ke dalam tungku yang sudah disediakan. Menurut Muchtadi (2009), kegiatan ini bertujuan untuk inaktifasi inhibitor tripsin yang terkandung dalam kacang kedelai dan mendenaturasi protein aseli (native) kedelai, sehingga dapat meningkatkan nilai gizi protein tahu, memperbaiki flavor (mengurangi bau langu), meningkatkan daya tahan simpan dengan cara inaktifasi bakteri, mempermudah ekstraksi protein, mengubah kimia protein untuk menghasilkan tahu yang baik.
6.                  Selanjutnya adalah tahap pengekstrasian dengan cara penyaringan menggunakan kain untuk memisahkan susu kedelai dengan ampas kedelai. Susu kedelai tersebut yang kemudian digunakan untuk membuat tahu.
7.                  Selanjutnya adalah pengkoagulasian susu kedelai. Susu kedelai yang telah diekstrak dicampurkan dengan asam cuka sebagai bahan penolong dalam pembuatan tahu.
8.                  Yang dikerjakan selanjutnya adalah pemisahan cairan supernatan (whey). Kegiatan ini dilakukan sebelum proses pencetakan dan pengepresan tahu.
9.                  Langkah selanjutnya adalah mencetak dan mengepres tahu. Kegiatan pengepresan dilakukan dengan cara memasukkan endapan protein sedikit demi sedikit lalu dipres karena mengandung banyak air. Alat pencetak yang digunakan adalah kayu yang berbentuk kotak persegi empat besar. Setelah tahu jadi barulah tahu tersebut dipotong-potong sesuai ukurannya sendiri.
10.              Kegiatan selanjutnya adalah pendinginan dengan menggunakan air. Tahu yang sudah siap direndam di dalam air. Hal ini ternyata memberikan banyak kelebihan. Menurut Muchtadi (2009), perendaman dalam air dapat mencegah rusaknya tahu saat pelepasan, dapat mendinginkan tahu secara cepat sehingga terhindar dari pembusukan mikroba dan dapat memperpanjang masa simpan, mengeraskan tahu, mencuci kelebihan koegulan, dapat menjadikan tempat penyimpanan tahu karena mencegah pertumbuhan mikroba pembusuk.


4.2 Metode Harga Pokok Perusahaan


4.2.1    Biaya

            Dalam penetapan setiap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan terbagi atas dua yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya pengadaan bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya tersebut dijelaskan sebagai berikut:

4.2.1.1 Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam kegiatan produksi perusahaan. Dalam kegiatan produksi terdiri atas tiga jenis biaya yaitu bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik variabel, dan overhead pabrik tetap.
a.                  Bahan Baku.
Pada tabel berikut dapat dilihat tentang jumlah biaya bahan baku yaitu sebesar Rp. 81.024.000.

Tabel 8. Biaya Bahan Baku

Biaya
Rincian
Jumlah
Kacang Kedelai



Asam Cuka
(300 kg/hari x 30 hari) x Rp. 9.000/kg

4 botol x Rp. 6.000/botol
Rp. 81.000.000



Rp.         24.000
Jumlah

Rp. 81.024.000




                       





b.                  Tenaga Kerja Langsung.
Biaya tenaga kerja langsung diperoleh dengan cara mengalikan pendapatan karyawan per bulan dengan jumlah karyawan yang ada. Biaya-biaya menurut perusahaan tersebut sebagai berikut:

Tabel 9. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya
Rincian
Jumlah
Gaji Karyawan
7 orang x Rp. 800.000

(7 orang x Rp. 25.000/hari) x 30 hari
Rp.  5.600.000

Rp.  5.250.000
Jumlah
Rp. 10.850.000

Pada Tabel 9. tentang Biaya Tenaga Kerja Langsung dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja langsung adalah Rp. 10.850.000.
c.                  Overhead Pabrik Variabel.
Biaya overhead pabrik variabel diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya-biaya seperti biaya bahan bakar solar, biaya pengadaan bahan bakar serbuk kayu, dan biaya listrik dan air. Biaya-biaya menurut perusahaan tersebut sebagai berikut:

Tabel 10. Biaya Overhead Pabrik Variabel

Biaya
Jumlah
Solar

Serbuk Kayu

Pembelian Ember
50 botol x Rp. 7.500/botol
(15 karung x Rp. 7.000) x 30 hari

Rp.70.000 x 5 buah 
Rp.    375.000

Rp. 3.150.000


Rp.    350.000
Jumlah
Rp. 3.875.000




Pada Tabel 10. tentang Biaya Overhead Pabrik Variabel dapat dilihat bahwa jumlah biaya overhead pabrik variabel adalah Rp. 3.875.000. Nilai ini diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya solar Rp. 375.000, biaya serbuk kayu Rp. 3.150.000, dan biaya pembelian ember Rp. 350.000



d.                 Overhead Pabrik Tetap.
Biaya-biaya overhead pabrik tetap diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya-biaya seperti biaya pembelian panci rebus, dan biaya pembelian ember dengan total biaya Rp. 4.200.000. Biaya-biaya overhead pabrik tetap menurut perusahaan sebagai berikut:
Tabel 11. Biaya Overhead Pabrik Tetap

Biaya
Rincian
Jumlah
Pembelian Panci rebus
                                                   
Listrik dan Air untuk Produksi
1 buah x Rp. 4.000.000
Rp. 4.000.000

Rp.     200.000
Jumlah
Rp.  4.200.000

Berdasarkan data-data diatas, jumlah biaya produksi pada Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya-biaya seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap dengan total biaya yaitu Rp. 99.949.000.

4.2.1.2 Biaya Non-Produksi

Biaya non-produksi terdiri atas biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum.
a.                  Pemasaran.
Biaya pemasaran menurut perusahaan tersebut terdiri dari:

Tabel 12. Biaya Pemasaran

Biaya
Rincian
Jumlah
BBM
Rp. 660.000 (mobil) + Rp. 120.000 (motor)
Rp. 780.000
Jumlah
Rp. 780.000
           
Pada Tabel 12. tentang Biaya Pemasaran dapat dilihat bahwa jumlah biaya pemasaran adalah Rp. 780.000. Nilai ini diperoleh dengan cara menjumlahkan masing-masing biaya yang dikeluarkan oleh kondaraan yang berupa mobil dan motor dalam mendistribusikan Tahu ke konsumen maupun ke pengecer.


b.                  Administrasi dan Umum.
Biaya-biaya menurut perusahaan terdiri atas:

Tabel 13. Biaya Administrasi dan Umum

Biaya
Jumlah
Telepon
Rp.   20.000
Pemeliharaan Peralatan Kantor
Rp. 100.000
Perawatan Kendaraan
Rp. 200.000
Biaya Asuransi Kebakaran
Rp.   70.000
Jumlah
Rp. 390.000

Biaya administrasi dan umum diperoleh dengan menjumlahkan biaya-biaya seperti telepon, pemeliharaan peralatan kantor, perawatan kendaraan, dan administrasi kebakaran. Mengenai biaya administrasi dan umum maka dapat dilihat bahwa jumlah biaya administrasi dan umum adalah Rp. 390.000.
Berdasarkan data-data diatas maka total biaya non-produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya pemasaran, dan total biaya administrasi dan umum dengan total biaya adalah Rp. 1.170.000. Total biaya pada Pabrik Tahu “Wiyono” pada bulan Juni 2014 diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap dengan biaya non-produksi yang terdiri dari biaya pemasaraan, dan biaya administrasi dan umum dengan total biaya adalah Rp.101.119.000.

4.2.2    Harga Pokok Produksi
           
            Pada Tabel 14. mengenai Harga Pokok Produksi Perusahaan, dapat dilihat bahwa biaya bahan baku adalah sebesar Rp. 81.000.000, biaya tenaga kerja oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 10.850.000, biaya overhead pabrik variabel oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 3.875.000, dan biaya overhead pabrik tetap oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 4.200.000. Harga Pokok Produksi menurut perusahaan pada bulan Juni 2014 adalah Rp. 99.949.000.




  Tabel 14. Harga Pokok Produksi Perusahaan bulan Juni 2014

Biaya
Jumlah
Bahan Baku            
Rp.   81.000.000
Tenaga Kerja
Rp.   10.850.000
Overhead Pabrik Variabel
Rp.     3.875.000
Overhead Pabrik Tetap
Rp.     4.200.000
Harga Pokok Produksi
Rp.   99.949.000
           
Berdasarkan hasil diatas maka dapat dihitung besarnya harga pokok produksi tahu per papan pada usaha “Wiyono”, yaitu:
Jumlah produksi per hari adalah 120 papan x 30 hari = 3600 papan/bulan
HPP per papan             =HPP/Volume Produksi
                                    = Rp. 99.949.000/3600
                                    = Rp. 27.764 per papan

 




           
Harga pokok produksi tahu per papan pada Pabrik Tahu Bapak Wiyono bulan Juni 2014 diperoleh dengan membagi jumlah harga pokok produksi dengan volume produksi yaitu sebesar Rp. 27.764 per papan.

4.2.3    Harga Jual

            Penetapan harga jual oleh perusahaan adalah menggunakan metode going rate pricing. Metode going rate pricing adalah metode penentuan harga jual yang ditetapkan berdasarkan harga yang ada di pasar. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalami kesukaran dalam mengukur biaya dan reaksi dari konsumen serta saingannya. Penentuan harga jual oleh perusahaan untuk bulan Juni 2014 sebagai berikut:
Tahu 96 potong per papan      = Rp. 32.500
Tahu 109 potong per papan    = Rp. 32.500
Tahu 128 potong per papan    = Rp. 32.500
 




            Dari data diatas dapat dilihat bahwa ada tiga bentuk tahu yang diproduksi yaitu tahu dengan ukuran papan yang sama dengan jumlah potongan per papan adalah 96 potong, 109 potong, dan 128 potong. Harga jual sebesar Rp. 32.500 adalah nilai yang sama dengan harga jual tahu pada Bapak Ngadimin.

4.2.4    Total Penerimaan

Total penerimaan diperoleh dengan cara mengalikan harga jual dan jumlah produksi pada bulan Juni 2014 yaitu:

TR       = Q x P
                        = 3600 x Rp. 32.500
                        = Rp. 117.000.000

Dari data diatas dapat dilihat bahwa total penerimaan perusahaan pada bulan Juni 2014 adalah sebesar Rp. 117.000.000.

4.2.5    Total Biaya

Total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah dengan menjumlahkan total biaya produksi dengan total biaya non-produksi yaitu:

TC       = Biaya Produksi + Biaya Non-produksi
                        = Rp. 99.949.000 + Rp. 1.170.000
                        = Rp. 101.119.000

            Dari data diatas dapat dilihat bahwa total biaya perusahaan pada bulan Juni 2014 adalah ssenilai Rp. 101.119.000.

4.2.6    Laba Rugi

Pabrik Tahu”Wiyono” pada bulan Juni 2014 mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 15.881.000. Hal ini diperoleh dengan cara mengurangi total biaya produksi dengan total biaya non-produksi yang terdiri dari biaya pemasaran dan administrasi dan umum.

Tabel 15. Laba Rugi Perusahaan

Laporan Rugi Laba Perusahaan Juni 2014
Penjualan
Dikurangi:
Harga Pokok Produksi
Rp. 117.000.000

Rp.   99.949.000
Laba Kotor
Rp.   17.051.000
Dikurangi:
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum

Rp.        780.000
Rp.        390.000
Laba Bersih
Rp.   15.881.000
4.2.7    Neraca

            Berikut adalah informasi biaya perusahaan pada 30 Juni 2014:

Tabel 16. Neraca

Pabrik Tahu “Wiyono”
Neraca
30 Juni 2014

Aktiva
Pasiva
Kas
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi dan Umum
Penjualan
Modal
Rp. 117.000.000
Rp.   81.024.000
Rp.   10.850.000
Rp.     8.075.000
Rp.        780.000
Rp.        390.000






Rp. 117.000.000
Rp. 110.119.000
Total
Rp. 218.119.000
Rp. 218.119.000

            Pada Tabel 16. tentang Neraca Pabrik Tahu “Wiyono” 30 Juni 2014 dapat dilihat bahwa informasi biaya yang terjadi selama bulan Juni 2014 adalah senilai Rp. 218.119.000.


4.3 Metode Harga Pokok Yang Disarankan


4.3.1    Biaya

            Menurut Hasan (2013), biaya merupakan faktor dasar dalam penentuan harga yang minimal, sebab tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya, apabila tingkat harga diatas semua biaya akan menghasilkan keuntungan. Dalam menentukan harga pokok produksi dengan metode full costing dapat dinyatakan sebagai berikut:

4.3.1.1 Full Costing

            Metode full costing adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan harga pokok produksi. Dalam metode ini yang dihitung adalah biaya-biaya seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya overheaad pabrik tetap, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum.
1.                  Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam kegiatan produksi oleh suatu perusahaan. Dalam kegiatan produksi terdiri atas tiga jenis biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik Variabel dan biaya overhead pabrik tetap.
a.                  Bahan Baku.
Bahan baku yang digunakan adalah kacang kedelai. Kacang kedelai yang digunakan adalah kacang kedelai asal amerika yang di suplai oleh Bapak Beny di Manado sebagai satu-satunya penyuplai pada Pabrik Tahu “Wiyono”. Mengenai biaya bahan baku dapat dilihat bahwa jumlah biaya bahan baku adalah sebesar Rp. 81.000.000.

Tabel 17. Biaya Bahan Baku

Biaya
Rincian
Jumlah
Kacang Kedelai
(300 kg/hari x 30 hari) x Rp. 9.000/kg
Rp. 81.000.000
Jumlah
Rp. 81.000.000

b.                  Tenaga Kerja Langsung.
Tenaga kerja langsung yang dimiliki oleh perusahaan terdiri atas tujuh orang. Biaya tenaga kerja langsung terdiri atas:

Tabel 18. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya
Rincian
Jumlah
Gaji Karyawan
7 orang x Rp. 800.000/bulan

(7 orang x Rp. 25.000/hari) x 30 hari

7 orang x Rp. 350.000/bulan (dan lain-lain)
Rp. 13.300.000
Jumlah
Rp. 13.300.000

Pada Tabel 18. tentang Biaya Tenaga Kerja Langsung dapat dilihat bahwa jumlah biaya tenaga kerja langsung diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing biaya seperti gaji Rp. 800.000 per bulan untuk setiap karyawan yang dimilikinya, gaji harian yang diberikan oleh perusahaan yaitu senilai Rp. 25.000, dan penerimaan dari fasilitas lainnya Rp. 350.000 tiap bulannya. Dari data tersebut maka jumlah total biaya tenaga kerja langsung adalah Rp. 13.300.000.
c.                  Overhead Pabrik Variabel.
Data mengenai biaya overhead pabrik variabel yaitu:

Tabel 19. Biaya Overhead Pabrik Variabel

Biaya
Rincian
Jumlah
Solar

Serbuk kayu

Listrik dan air untuk produksi

Asam cuka
50 botol x Rp. Rp. 7.500/botol

(15 karung x Rp. 7.000) x 30 hari




4 botol x Rp. 6.000/botol
Rp.    375.000

Rp. 3.150.000

Rp.    150.000


Rp.      24.000
Jumlah
Rp. 3.699.000

Pada Tabel 19. mengenai Biaya Overhead Pabrik Variabel dapat dilihat besarnya nilai biaya overhead pabrik variabel adalah Rp. 3.699.000.
d.                 Overhead Pabrik Tetap.
Biaya overhead pabrik tetap adalah sebesar Rp. 4.558.333. Penentuan biaya overhead pabrik tetap sebagai berikut:
Tabel 20. Biaya Overhead Pabrik Tetap

Biaya
Rincian
Jumlah
Penyusutan mesin giling

Pembelian panci rebus

Pembelian ember

Penyusutan bangunan

Penyusutan mesin air
(Rp. 11.800.000 - Rp. 5.000.000) / 5 tahun / 12 bulan

1 buah x Rp. 4.000.000


5 buah x Rp. 70.000


(Rp. 60.000.000 – Rp. 40.000.000) / 20 tahun / 12 bulan

(400.000 – Rp. 50.000) / 5 tahun x 2 buah
Rp.    113.333


Rp. 4.000.000


Rp.    350.000


Rp.      83.333


Rp.      11.667
Jumlah
Rp. 4.558.333
Berdasarkan data-data diatas dapat dilihat bahwa jumlah biaya produksi pada Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap dengan total biaya yaitu senilai Rp. 102.557.333.
2.                  Biaya Non-Produksi
Biaya non-produksi adalah biaya-biaya yang terjadi diluar kegiatan produksi tahu perusahaan. Biaya non-produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
a.                  Pemasaran.
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan selama kegiatan pemasaran perusahaan. Biaya pemasaran diperoleh dengan cara menjumlahkan masing-masing biaya yang dikeluarkan selama kegiatan tersebut. Biaya-biaya tersebut terdiri dari gaji, bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor, dan biaya penyusutan kendaraan. Biaya pemasaran dapat dilihat pada data berikut:

Tabel 21. Biaya Pemasaran

Biaya
Rincian
Jumlah
Gaji Karyawan


Angkut

Penyusutan Kendaraan
1 orang x Rp. 2.000.000
2 orang x Rp. 750.000

Rp. 660.000 + Rp. 120.000

- (Rp. 96.000.000 - Rp. 60.000.000) / 5 tahun / 12 bulan
- (Rp. 15.000.000 – Rp. 5.000.000) / 5 tahun / 12 bulan
Rp. 2.000.000
Rp. 1.500.000

Rp.    780.000

Rp.    766.667
Jumlah
Rp. 5.046.667

Pada Tabel 21. tentang Biaya Pemasaran dapat dilihat bahwa jumlah biaya pemasaran adalah Rp. 5.046.667.
b.                  Administrasi dan Umum.
Biaya administrasi dan umum diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya telepon yaitu sebesar Rp. 20.000, listrik dan air yaitu senilai Rp. 50.000, pemeliharaan peralatan kantor yaitu senilai Rp. 100.000, perawatan kendaraan yaitu senilai Rp. 200.000, administrasi kebakaran yaitu senilai Rp. 70.000, gaji yaitu senilai Rp. 2.000.000, dan pajak yang terdiri dari pajak bangunan, pajak usaha, dan pajak kendaraan yang terdiri dari mobil pick-up dan motor yaitu senilai Rp. 205.166. Total biaya administrasi dan umum pada tabel 22. adalah senilai Rp. 2.645.166.

Tabel 22. Biaya Administrasi dan Umum

Biaya
Rincian
Jumlah
Telepon

Listrik dan air selain produksi

Pemeliharaan Peralatan Kantor

Perawatan  Kendaraan

Biaya  Asuransi Kebakaran

Gaji Karyawan

Pajak













1 orang x Rp. 2.000.000

1. 112.000/12 bulan   
    (bangunan)
2. (Rp. 1.500.000/12 bulan)  
     (mobil) + (Rp. 250.000/12  
     bulan) (motor
3.  Rp.600.000/12 bulan
     (usaha)
Rp.     20.000

Rp.     50.000


Rp.   100.000


Rp.   200.000

Rp.     70.000


Rp. 2.000.000

Rp.    205.166
Jumlah
Rp. 2.645.166

Berdasarkan data-data diatas dapat dilihat jumlah biaya non-produksi pada Pabrik Tahu “Wiyono” adalah dengan menjumlahkan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum yaitu Rp. 7.691.833. Dari data-data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah total biaya yang di keluarkan dengan menggunakan metode full costing pada bulan Juni 2014 adalah dengan menjumlahkan total biaya produksi dan total biaya non-produksi yaitu Rp. 110.249.166.



4.3.1.2 Variable Costing
           
            Metode variable costing adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan harga pokok produksi. Dalam metode variable costing biaya yang dihitung adalah biaya produksi variabel, biaya non-produksi variabel, dan biaya tetap.
1.                  Biaya Produksi Variabel
Biaya produksi variabel diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
a.                  Bahan Baku.
Bahan baku yang digunakan adalah kacang kedelai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk produksi dalam sebulan adalah 9 ton kacang kedelai. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23. Biaya Bahan Baku

Biaya
Rincian
Jumlah
Kacang Kedelai
(300 kg/hari x Rp. 9.000/kg) x 30 hari
Rp. 81.000.000
Jumlah
Rp. 81.000.000

Pada Tabel 23. tentang Biaya Bahan Baku dapat dilihat bahwa jumlah biaya bahan baku adalah Rp. 81.000.000. Nilai ini adalah berdasarkan perkalian antara jumlah yang digunakan per hari adalah 300 kg dengan harga per kilogram yaitu Rp. 9.000. Hasilnya kemudian dikalikan lagi dengan jumlah waktu dalam bulan Juni 2014 yaitu 30 hari.
b.                  Tenaga Kerja Langsung.
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah Rp. 13.300.000. Nilai ini diperoleh dengan menjumlahkan antara gaji dari tujuh orang karyawan yang dimiliki, gaji harian oleh tujuh karyawan yang dikalikan 30 hari, dan gaji khusus.

Tabel 24. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya
Rincian
Jumlah
Gaji Karyawan
- 7 orang x Rp. 800.000/bulan
- (7 orang x Rp. 25.000/hari) x 30 hari
- 7 orang x Rp. 350.000 (dan lain-lain)
Rp. 13.300.000
Jumlah
Rp. 13.300.000
c.         Overhead Pabrik Variabel.
Biaya overhead pabrik variabel diperoleh dengan menjumlahkan biaya-biaya seperti biaya bahan bakar solar, biaya bahan bakar serbuk kayu, biaya listrik dan air, dan bahan penolong (asam cuka). Pada tabel tentang biaya overhead pabrik variabel dapat dilihat bahwa jumlah biaya digunakan perusahaan adalah Rp. 3.699.000. Data mengenai biaya overhead pabrik variabel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 25. Biaya Overhead Pabrik Variabel

Biaya
Rincian
Jumlah
Solar

50 botol x Rp. 7.500
Rp.    375.000
Serbuk Kayu
(15 karung x Rp. 7.000) x 30 hari

Rp. 3.150.000
Listrik dan Air untuk Produksi


Rp.    150.000
Asam Cuka
4 botol x Rp. 6.000
Rp.      24.000
Jumlah
Rp. 3.699.000

Berdasarkan data-data diatas dapat dilihat bahwa jumlah biaya produksi variabel pada Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel adalah sebesar Rp. 97.999.000. Maka, jumlah biaya variabel pada Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 yaitu Rp. 97.999.000.
2.                  Biaya Tetap
Biaya tetap diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, dan biaya administrasi dan umum tetap.
a.                  Overhead Pabrik Tetap.
Biaya overhead pabrik tetap diperoleh dengan cara menjumlahkkan biaya-biaya seperti biaya penyusutan mesin giling bulan Juni 2014, biaya pembelian ember bulan Juni 2014, biaya pembelian panci rebus bulan Juni 2014, biaya penyusutan bangunan bulan Juni 2014, biaya penyusutan mesin air bulan Juni 2014 dengan total biaya yang yaitu Rp. 4.558.333. Data mengenai Biaya Overhead Pabrik Tetap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 26. Biaya Overhead Pabrik Tetap

Biaya
Rincian
Jumlah
Penyusutan mesin giling

Pembelian panci rebus

Pembelian ember

Penyusutan bangunan

Penyusutan mesin air
(Rp. 11.800.000 - Rp. 5.000.000) / 5 tahun / 12 bulan

1 buah x Rp. 4.000.000


5 buah x Rp. 70.000


(Rp. 60.000.000 – Rp. 40.000.000) / 20 tahun / 12 bulan

(400.000 – Rp. 50.000) / 5 tahun x 2 buah
Rp.    113.333


Rp. 4.000.000


Rp.    350.000


Rp.      83.333


Rp.      11.667
Jumlah
Rp. 4.558.333

b.                  Pemasaran Tetap.
Biaya pemasaran tetap diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya-biaya seperti gaji, angkutan, dan penyusutan kendaraan. Biaya pemasaran tetap diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing biaya seperti biaya gaji, biaya angkutan, dan biaya penyusutan kendaraan. Jumlah biaya pemasaran tetap bulan Juni 2014 adalah Rp. 5.046.667. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 27. Biaya Pemasaran Tetap

Biaya
Rincian
Jumlah
Gaji


Angkut

1 orang x .2.000.000
2 orang x Rp. 750.000

Rp. 660.000 + Rp. 120.000
Rp. 2.000.000
Rp. 1.500.000

Rp.    780.000
Penyusutan Kendaraan
- (Rp. 96.000.000 - Rp. 60.000.000) / 5 tahun / 12 bulan
- (Rp. 15.000.000 – Rp. 5.000.000) / 5 tahun / 12 bulan
Rp.    600.000

Rp.    166.667
Jumlah
Rp. 5.046.667

c.                   Administrasi dan Umum Tetap.
Biaya administrasi dan umum tetap dapat dilihat bahwa total biaya administrasi dan umum tetap adalah sebesar Rp. 2.645.166. data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 28. Biaya Administrasi dan Umum Tetap

Biaya
Rincian
Jumlah
Telepon

Listrik dan Air


Rp.      20.000

Rp.      50.000
Pemeliharaan Peralatan Kantor


Rp.    100.000
Perawatan Kendaraan


Rp.    200.000
Biaya Asuransi Kebakaran


Rp.      70.000
Gaji Karyawan

1 orang x Rp. 2.000.000
Rp. 2.000.000
Pajak
Rp. 112.000/12 bulan (bangunan)
Rp. 1.500.000/12 bulan (mobil)
Rp. 250.000/12 bulan (motor)
Rp.600.000/12 bulan (usaha)
Rp.        9.333
Rp.    125.000
Rp.      20.833
Rp.      50.000
Jumlah
Rp. 2.645.166

Dari data-data diatas dapat dilihat bahwa jumlah biaya tetap pada Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 dengan menjumlahkan biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, dan biaya administrasi dan umum tetap adalah sebesar Rp. 11.470.166. Total biaya pada Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 dengan menjumlahkan total biaya produksi variabel, total biaya non-produksi variabel, dan total biaya tetap adalah Rp. 110.249.166.

4.3.2    Harga Pokok Produksi

            Menurut Dwiermayanti (2011), dalam akuntansi biaya, perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi. Metode penentuan harga pokok produksi berdasarkan usulan peneliti ada dua metode yaitu metode full costing dan metode variabel costing.
4.3.2.1 Full Costing

Harga Pokok Produksi dengan metode full costing diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 29. Harga Pokok Produksi Full Costing

Biaya
Jumlah
Biaya Bahan Baku
Rp.   81.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp.   13.300.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Rp.     3.699.000
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Rp.     4.558.333
Harga Pokok Produksi
Rp. 102.557.333
              
Pada Tabel 4.22 mengenai Harga Pokok Produksi dengan menggunakan metode full costing dapat dilihat bahwa dalam Harga Pokok Produksi pada Pabrik Tahu “Wiyono” pada bulan Juni 2014 adalah Rp. 102.557.333.
Jumlah produksi 120 papan/hari x 30 hari = 3600 papan/bulan
HPP per papan                        = HPP/Volume Produksi
                                                = Rp. 102.557.333/3600 papan
                                                = Rp. 28.488/papan

 






Harga Pokok Produksi per papan tahu pada Pabrik Tahu “Wiyono” dengan menggunakan metode full costing pada bulan Juni 2014 adalah Rp. 28.488 per papan.

4.3.2.2 Variable Costing
           
Harga Pokok Produksi dengan metode variable costing pada Pabrik Tahu “Wiyono” bulan Juni 2014 adalah Rp. 97.999.000. Data tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 30. Harga Pokok Produksi Variable Costing

Biaya
Jumlah
Biaya Bahan Baku
Rp. 81.000.000
Biaya Tenaga Kerja
Rp. 13.300.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Rp.   3.699.000
Harga Pokok Produksi
Rp. 97.999.000
Jumlah yang diproduksi per hari adalah 120 papan.
Jumlah produksi dalam bulan juni 2014         = 120 papan x 30 hari
                                                                                    = 3600 papan
HPP Per Papan            = HPP/Volume Produksi
                                                = Rp. 97.999.000/3600 papan
                                                = Rp. 27.222/papan









Harga Pokok Produksi tahu per papan pada Pabrik Tahu “Wiyono” dengan menggunakan metode variable costing pada bulan Juni 2014 adalah Rp. 27.222 per papan.

4.3.3    Penetapan Harga Jual dengan Metode Full Costing

            Penetapan harga jual dengan metode full costing adalah penetapan harga jual dengan memperhitungkan biaya penuh ke dalam penentuan harga.

4.3.3.1 Investasi

            Menurut Nurathovia (2013), investasi adalah pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Jumlah total investasi Pabrik Tahu “Wiyono” adalah:
Investasi          = Bangunan + Mobil (pick-up) + Motor + Mesin Air + Mesin  
                           Giling + Panci Rebus
= Rp. 60.000.000 + Rp. 96.000.000 + Rp. 15.000.000 +
   (Rp. 400.000) 2 mesin + Rp.11.800.000 +  (Rp. 4.000.000) 3
   Panci
                        = Rp. 195.600.000
 





           
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka, nilai investasi Pabrik Tahu “Wiyono” adalah Rp. 195.600.000. Jumlah tersebut diperoleh dengan menjumlahkan nilai-nilai seperti biaya pembuatan bangunan usaha, pembelian mobil pick-up, pembelian motor, pembelian mesin air, pembelian mesin giling, dan pembelian panci rebus.




4.3.3.2 Menghitung ROI
           
Return on Investment (ROI) diperoleh dengan membagi keuntungan bersih perusahan dengan tingkat investasi. Untuk menghitung ROI dapat dilihat pada data berikut:

ROI     =
                        =
                        = 0,03 x 100
                        = 3 %

            Dari perhitungan diatas maka dapat dilihat bahwa nilai ROI pada Pabrik Tahu “Wiyono” adalah 3%. Nilai 3% pada ROI maksudnya adalah bahwa perusahaan ini pada bulan Juni 2014 mendapatkan pengembalian investasi sebesar Rp. 5.868.000.

4.3.3.3 Menghitung Mark-Up

Mark-Up diperoleh dengan cara mengalikan jumlah return on investment atau tingkat pengembalian investasi dengan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Hasilnya lalu dibagikan dengan hasil dari perkalian antara volume produksi dengan harga pokok produksi tahu per papan. Berdasarkan pernyataan tersebut maka formula yang digunakan sebagai berikut:

            Mark-Up         =
                                    =
                                    = 0,14 x 100
                                    = 14 %

4.3.3.4 Harga Jual

Metode penetapan harga jual dengan menggunakan metode full costing diperoleh dengan cara sebagai berikut:
            Harga Jual       = Biaya Produksi + Mark Up
            Harga Jual       = Rp. 102.557.333 + (14 % (Rp. 102.557.333)                                             
                                    = Rp. 116.915.360 : 3600 papan
            Harga Jual       = Rp. 32.476 per papan

4.3.4    Penetapan Harga Jual dengan Metode Variable Costing

            Penentuan harga jual dengan metode variable costing adalah metode penentuan harga jual dengan berdasarkan pada biaya variabel dalam penentuan biaya.

4.3.4.1 Investasi

            Menurut Nurathovia (2013), investasi adalah pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Jumlah total investasi Pabrik Tahu “Wiyono” adalah:
Investasi          = Bangunan + Mobil (pick-up) + Motor + Mesin Air + Mesin  
                           Giling + Panci Rebus
= Rp. 60.000.000 + Rp. 96.000.000 + Rp. 15.000.000 +
   (Rp. 400.000) 2 mesin + Rp.11.800.000 +  (Rp. 4.000.000) 3
   panci
                        = Rp. 195.600.000
           
           






            Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai investasi “Wiyono” pada bisnis yang dijalankannya adalah sebesar Rp. 195.600.000. Nilai tersebut diperoleh dengan menjumlahkan beberapa biaya seperti bangunan, mobil pick-up, motor, mesin air, mesin giling, dan panci rebus

4.3.3.2 Menghitung ROI

Return on Investment (ROI) diperoleh dengan cara membagi keuntungan bersih yang diperoleh oleh perusahan dengan besarnya tingkat investasi Bapak Wiyono diawal usaha. Untuk menghitung ROI dapat dilihat pada data berikut:
           
ROI     =
                        =
                        = 0,03 x 100
                        = 3 %

            Dari perhitungan diatas maka dapat dilihat bahwa nilai ROI pada Pabrik Tahu “Wiyono” adalah 3%. Nilai 3% pada ROI maksudnya adalah bahwa perusahaan ini pada bulan Juni 2014 mendapatkan pengembalian investasi sebesar Rp. 5.868.000.

4.3.4.3 Menghitung Mark-Up

Mark-Up diperoleh dengan cara mengalikan jumlah ROI dengan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Hasilnya lalu dibagikan dengan hasil dari perkalian antara volume produksi dengan harga pokok produksi per papan. Data tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

            Mark-Up         =
                             =
                                    = 0,19 x 100 %
                                    = 19 %

4.3.4.4 Harga Jual

Metode penetapan harga jual dengan menggunakan metode variable costing sebagai berikut:
            Harga Jual       = Biaya Variabel + Mark Up
            Harga Jual       = Rp. 97.999.000 + (19 % (Rp. 97.999.000))
                                    = Rp. 116.618.810 : 3600 papan
            Harga Jual       = Rp. 32.394 per papan

4.3.5        Laporan Laba Rugi dan Neraca

Laba atau rugi suatu usaha diperoleh dengan cara mengurangi total penerimaan dengan total biaya. Metode yang digunakan ada dua yaitu metode full costing dan variable costing sehingga penyajian laporan laba rugi perusahaan dengan masing-masing metode memiliki karakteristik tersendiri.

4.3.5.1 Full Costing
           
a.         Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi dengan menggunakan metode full costing dapat dilihat bahwa pada bulan Juni 2014 Pabrik Tahu “Wiyono” mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 6.666.194.

Tabel 31. Laba Rugi – Full Costing

Laporan Rugi Laba – Full Costing Juni 2014
Penjualan
Dikurangi:
Harga Pokok Produksi
Rp. 116.915.360

Rp. 102.557.333
Laba Kotor
Rp.   14.358.027
Dikurangi:
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum

Rp.     5.046.667
Rp.     2.645.166
Laba Bersih
Rp.     6.666.194

b.         Neraca
            Pada Tabel 32. dapat dilihat bahwa informasi biaya yang terjadi selama bulan Juni 2014 dengan metode full costing adalah Rp. 227.164.526.

Tabel 32. Neraca

Pabrik Tahu “Wiyono”
Neraca
30 Juni 2014

Aktiva
Pasiva
Kas
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi dan Umum
Penjualan
Modal
Rp. 116.915.360
Rp.   81.000.000
Rp.   13.300.000
Rp.     8.257.333
Rp.     5.046.667
Rp.     2.645.166






Rp. 116.915.360
Rp. 110.249.166
Total
Rp. 227.164.526
Rp. 227.164.526

4.3.5.2  Variabel Costing

a.         Laporan Laba Rugi
            Laporan Laba Rugi dengan menggunakan metode variable costing bulan Juni 2014 dapat dilihat bahwa Pabrik Tahu “Wiyono” mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 6.369.644. Hal ini diperoleh dengan cara mengurangi nilai penjualan dengan harga pokok produksi variabel. Hasil pengurangan tersebut akan menghasilkan marjin kontribusi. Nilai dari marjin kontribusi tersebut dikurangi lagi dengan biaya-biaya tetap yang terdiri dari biaya overhead pabrik, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum. Hasil perngurangan tersebut menghasilkan nilai dari laba bersih.

Tabel 33. Laba Rugi – Variable Costing

Laporan Rugi Laba – Variable Costing Juni 2014
Penjualan
Dikurangi Biaya Variabel:
Harga Pokok Produksi Variabel
Rp. 116.618.810

Rp.   97.999.000
Marjin Kontribusi
Rp.   18.619.810
Dikurangi Biaya Tetap:
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum

Rp.     4.558.333
Rp.     5.046.667
Rp.     2.645.166
Laba Bersih
Rp.     6.369.644

b.         Neraca
            Informasi biaya Pabrik Tahu “Wiyono” 30 Juni 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 34. Neraca

Pabrik Tahu “Wiyono”
Neraca
30 Juni 2014

Aktiva
Pasiva
Kas
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi dan Umum
Penjualan
Modal
Rp. 116.618.810
Rp.   81.000.000
Rp.   13.300.000
Rp.     8.257.333
Rp.     5.046.667
Rp.     2.645.166






Rp. 116.618.810
Rp. 110.249.166
Total
Rp. 226.867.976
Rp. 226.867.976






            Pada Tabel 34. tentang Neraca Pabrik Tahu “Wiyono” dapat dilihat bahwa informasi biaya yang terjadi selama bulan Juni 2014 dengan metode variable costing adalah Rp. 226.867.976. Nilai ini diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing sisi yaitu aktiva dan nilai kewajiban dan modal. Aktiva diperoleh dengan menjumlahkan nilai dari kas, bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik, pemasaran, dan administrasi dan umum. Nilai kewajiban dan modal diperoleh dengan menjumlahkan nilai penjualan dan modal.

4.3.6    Perbandingan

Tabel 35. Tabel Perbandingan

Keterangan
Menurut Perusahaan
Usulan
Full Costing
Variable Costing
Total Biaya
Rp. 101.119.000
Rp. 110.249.166
Rp. 110.249.166
HPP
Rp.   99.949.000
Rp. 102.557.333
Rp.   97.999.000
HPP per papan
Rp.          27.764
Rp.          28.488
Rp.          27.222
Harga Jual
Rp.          32.500
Rp.          32.476
Rp.          32.394
Profit
Rp.   15.881.000
Rp.     6.666.194
Rp.     6.369.644

            Pada Tabel 35. tentang Tabel Perbandingan dapat dilihat bahwa:
1.                  Total biaya yang dikeluarkan berdasarkan penetapan perusahaan lebih kecil yaitu Rp. 101.119.000 dibandingkan dengan total biaya yang diusulkan oleh peneliti senilai Rp. 110.249.166 dengan metode full costing dan metode variable costing. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak menghitung biaya-biaya seperti biaya tenaga kerja lainnya, biaya tenaga kerja sendiri, biaya penyusutan, biaya pajak, biaya perawatan kendaraan, dan biaya perawatan peralatan kantor.
2.                  Harga pokok produksi oleh perusahaan lebih kecil yaitu Rp. 99.949.000 dibandingkan dengan harga pokok produksi dengan dengan metode full costing senilai Rp. 102.557.333. Hal ini dikarenakan harga pokok produksi oleh perusahaan tidak menghitung biaya tenaga kerja lainnya, dan biaya penyusutan bangunan dan mesin. Harga Pokok Produksi dengan metode variable costing lebih kecil yaitu Rp. 97.999.000 dibandingkan dengan metode full costing karena dalam metode variable costing tidak memasukkan biaya overhead pabrik tetap.
3.                  Harga pokok produksi per papan tahu dengan metode variable costing lebih kecil yaitu Rp. 27.222 dibandingkan dengan metode full costing senilai Rp. 28.488 dan penetapan menurut perusahaan senilai Rp. 27.764. Hal ini dikarenakan dalam penentuan harga pokok produksi per papan tahu dengan menggunakan metode variable costing tidak menghitung .biaya overhead pabrik tetap seperti pada metode full costing dan metode perusahaan.
4.                  Harga jual tahu per papan dengan metode variable costing lebih kecil yaitu Rp. 32.394 dibandingkan harga jual tahu per papan full costing yaitu Rp. 32.476, dan metode perusahaan yaitu Rp. 32.500 per papan.
5.                  Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan dengan menggunakan metode perusahaan lebih besar yaitu Rp. 15.881.000 dibandingkan dengan metode full costing yaitu Rp. 6.666.194 dan variable costing yaitu Rp. 6.369.644. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak memperhitungkan biaya-biaya seperti biaya tenaga kerja lainnya, biaya tenaga kerja sendiri, biaya penyusutan, biaya pajak, biaya perawatan kendaraan, dan biaya perawatan peralatan kantor.





BAB V

PENUTUP


5.1 Kesimpulan


Berdasarkan hasil penelitian oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa:
1.                  Penentuan harga pokok produksi oleh Pabrik Tahu “Wiyono” masih memiliki kekurangan karena tidak memasukkan biaya-biaya seperti biaya penyusutan mesin giling, penyusutan bangunan, penyusutan mesin air, dan gaji karyawan.
2.                  Penentuan harga jual oleh Pabrik Tahu “Wiyono” adalah dengan menggunakan metode going rate pricing yaitu metode yang harga jualnya ditetapkan berdasarkan harga yang ada di pasar. Hal ini dikarenakan Pabrik Tahu “Wiyono” tidak dapat menganalisa para pesaing, konsumen, dan pasar sehingga hanya mengikuti harga yang tercipta di pasar.
3.                  Keuntungan yang diperoleh Pabrik Tahu “Wiyono” dengan menggunakan metode perusahaan hasilnya lebih besar dibandingkan kedua metode yang diusulkan yaitu full costing dan variable costing. Hal ini karena perusahaan tidak memasukkan biaya-biaya seperti pajak, penyusutan bangunan, penyusutan mesin, penyusutan kendaraan, dan tenaga kerja pribadi.


5.2 Saran


1.                  Pabrik Tahu “Wiyono” sebaiknya memasukkan biaya-biaya seperti penyusutan bangunan, penyusutan mesin air, penyusutan mesin giling, dan gaji karyawan dalam penentuan harga pokok produksi.
2.                  Pabrik Tahu “Wiyono” sebaiknya menggunakan metode penentuan harga mark-up dengan pendekatan variable costing dalam penentuan harga jual tahu karena metode ini memisahkan biaya kedalam dua kelompok yaitu biaya variabel dan biaya tetap yang menitikberatkan penyajian biaya berdasarkan perilaku dalam hubungannya dengan perubahaan volume kegiatan. Metode ini juga bermanfaat bagi manajemen untuk mengambil keputusan jangka pendek karena dalam jangka pendek biaya tetap tidak relevan karena tidak terpengaruh oleh keputusan menajemen.
3.                  Perhitungan dalam menghitung keuntungan Pabrik Tahu “Wiyono” sebaiknya menggunakan metode variable costing dalam penentuan biaya sehingga dapat mengetahui nilai keuntungan yang sebenarnya dari perusahaan.






DAFTAR PUSTAKA


Alma, B., 2009. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Cetakan Kedelapan. ALFABETA: Bandung

Badan Statistik Indonesia. 2014. Tenaga Kerja. http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=801&Itemid=801. Diakses pada 25 Juni 2014 Pukul 12:21 Wita.

Carter, K, W., 2009. Akuntansi Biaya. Buku I. Edisi 14. Salemba Empat: Jakarta.

Dwiermayanti. 14 November 2011. Penentuan Harga Pokok Produk dengan Metode Konvensional. http://dwiermayanti.wordpress.com/2011/11/14/penentuan-harga-pokok-produk-dengan-metode-konvensional. Diakses pada 25 April 2014 Pukul 12:24 Wita.

Firdaus. M., 2009. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara: Jakarta

Garrison. R., Noreen, E., Brewer, P., 2008. Akuntansi Manajerial. Edisi 11. Buku 1. Salemba Empat: Jakarta.

Hasan, A., 2013. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. CAPS: Yogyakarta.

Jatmiko. B., P., A. P. Widodo., A. Sukmaaji., 2014. Sistem dan Aplikasi Penentuan Harga Jual Berdasarkan Biaya Total Pada CV. Terbit Terang. Diakses pada 23 Juni 2014 Pukul 11:47 Wita.

Josephine. 12 Oktober 2012. Pengertian Bisnis dan perannya dalam kehidupan saya. Josephinejoe.wordpress.com/2012/10/12/pengertian-bisnis-dan-perannya-dalam-kehidupan-saya. Diakses pada 2 Mei 2014 Pukul 11:57 Wita.

KBBI. April 2014. Pengertian Beban. kbbi.web.id/beban. Diakses pada 23 Juni 2014 Pukul 12:00 Wita.

Kotler, P., 2005. Manajemen Pemasaran. Gramedia: Jakarta.

Magdalena, 2010. Harga Jual. Diakses pada 20 Mei 2014 pukul 11:15 Wita.

Muchtadi, D., 2009. Prinsip Teknologi Pangan Sumber Protein. Alfabeta: Bandung.
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Edisi 3. Cetakan Keempat. Salemba Empat: Jakarta.

Nana. 2014. Rumus Menghitung Harga Pokok Penjualan. http://www.slideshare.net/mobile/nanadus1/rumus-untuk-menghitung-harga-pokok-penjualan. Diakses pada 13 Agustus 2014 Pukul 04:59 Wita.

Nasution, H, A., 2006. Manajemen Industri. ANDI: Yogyakarta.

Nurathovia, P., 2013. Makalah Investasi. Putrinurathovia.wordpress.coms/2013/06/08/makalah-investasi/. Diakses pada 21 Juli 2014 Pukul 14:30 Wita.

Rundjan, R., 10 Januari 2014. Sejarah Tahu. http://historia.co.id/artikel/budaya/1304/Majalah-Historia/Sejarah_Tahu,_Tahu_Sejarah. Diakses pada 24 Juni 2014 Pukul 23:42 Wita.

Subekti, W., Februari 2012. Pengertian Harga Jual. www.wibowopajak.com/2012/02/pengertian-harga-jual.html. Diakses pada 29 April 2014 Pukul 13:39 Wita.

Supriyono. 2007. Akuntansi Biaya. Buku I. Edisi 2. BPFE: Yogyakarta.

Suratiyah, K., 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta

Sutiyana. 2012. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Agroindustri Pupuk Organik SAA. Diakses pada 26 Mei 2014 Pukul 10:29 Wita.

Suwardjono. 2003. Akuntansi Pengantar. Edisi Ketiga. BPFE: Yogyakarta.

Witjaksono. 2006. Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Yanti. R. N., 3 Oktober 2013. Dampak Limbah Pabrik Tahu Tempe (Industri Pangan) Terhadap Lingkungan. Diakses pada 26 Juni 2013 Pukul 07:22 Wita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar